BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memberikan pengertian pendidikan kesehatan merupakan sejumlah
pengalaman yang pengaruh menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan
yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, mayarakat dan bangsa.
Kesemuannya ini, dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimannya secara suka
rela perilaku yang akan meningkatkan dan memelihara kesehatan.
Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi
pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain,
karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan
dan tingkah lakunya sendiri.
Dalam hal ini aplikasi Health Education di klinik maupun komunitas memiliki
tujuan, ruang lingkup, cirri-ciri belajar Gealth Education, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses belajar, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latarbelakang , rumusan masalah yang dapat kami angkat yaitu :
1.
Apa
itu health education, tujuan, dan factor-faktor yang mempengaruhi?
2.
Apa
itu ruang lingkup, ciri-ciri kegiatan belajar?
3.
Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar?
4.
Apa
itu factor external dan internal mempengaruhi peristiwa belajar?
5.
Apa
saja model penkes yang digunakan perawat, tahap penkes?
6.
Apa
saja alat bantu pendidikan kesehatan?
7.
Bagaimana
penyusunan SAP dan proposal pelatihan atau HE (Komunitas)?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui apa itu health education, tujuan, dan factor-faktor yang
mempengaruhi.
2.
Untuk
mengetahui apa itu ruang lingkup, ciri-ciri kegiatan belajar.
3.
Untuk
mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar.
4.
Untuk
mengetahui apa itu factor external dan internal mempengaruhi peristiwa
belajar.
5.
Untuk
mengetahui apa saja model penkes yang digunakan perawat, tahap penkes.
6.
Untuk
mengetahui apa saja alat bantu pendidikan kesehatan.
7.
Untuk
mengetahui bagaimana penyusunan SAP dan proposal pelatihan atau HE
(Komunitas).
1.4 Manfaat
Makalah
aplikasi health education ini diharapakn mahasiswa mampu memahami dan
mengaplikasikan mengenai health
education.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Health Education
Health
education adalah pendidikan keperawatan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap
pendidikan akademik dan pendidikan profesi.
1.
Tahap
akademik menekankan pada pengetahuan dan teori yang bersifat deskriptif,
sedangkan tahap profesional diarahkan pada tujuan praktis, sehingga
menghasilkan teori preskriptif dan deskriptif.
2.
Tahap
profesi hanya akan di dapat dilingkungan klinis karena lingkungan klinis
merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat pencapaian berbagai
kompetensi praktik klinis seperti tercantum dalam.
Pengertian pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang
direncanakan untuk individu, kelompok atau masyarakat agar belajar tentang
kesehatan dan melakukan perubahan-peubahan secara suka rela dalam tingkah laku
individu (Entjang, 1991)
Wood dikutip dari Effendi (1997), memberikan pengertian pendidikan
kesehatan merupakan sejumlah pengalaman yang pengaruh menguntungkan secara
kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan
perseorangan, mayarakat dan bangsa. Kesemuannya ini, dipersiapkan dalam rangka
mempermudah diterimannya secara suka rela perilaku yang akan meningkatkan dan
memelihara kesehatan.
Menurut Steward dikutip dari Effendi (1997), unsur program kesehatan dan
kedokteran yang didalamnya terkandung rencana untk merubah perilaku
perseorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya program
pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Menurut Ottawwa Charter (1986) yang dikutip dari Notoatmodjo S, memberikan
pengertian pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk
mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan social, maka
masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dam
mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial, budaya,
dan sebagainya).
Menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan kesehatan
adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar
perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan.
Menurut Azwar cit Machfoedz (2006), pendidikan kesehatan
adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap
kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan
perseorangan, masyarakat, dan bangsa.kurikulum profesional.
Dapat dirumuskan bahwa pengertian pendidikan kesehatan adalah
upaya untuk mempengaruhi, dan atau mempengaruhi orang lain, baik individu,
kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat. Sedangkan
secara operasional, pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk
memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003).
2.1.1 Tujuan
Health Education
Untuk mengubah pemahaman perilaku
belum sehat menjadi perilaku sehat. Menurut Machfoedz (2006) cit Azwar
(1983: 18), membagi menjadi 3 macam, yaitu:
1.
Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang
bernilai di masyarakat sehingga kader kesehatan mempunyai tanggung jawab
didalam penyuluhannya mengarahkan cara hidup sehat menjadi kebiasaan masyarakat
sehari-hari.
2.
Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi
dirinya sendiri maupun kelompok, dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar
diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat dalam bentuk yang nyata
contohnya adalah posyandu.
3.
Mendorong perkembangan dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat.
2.1.2
Faktor-faktor yang mendukung proses
pendidikan kesehatan
Factor-faktor
yang mendukung proses pendidikan kesehatan antara lain :
1. Input adalah sasaran pendidikan
(individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan)
2. Proses (upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain)
3. Output (melakukan apa yang
diharapkan atau perilaku).
2.1.3
Faktor-faktor yang menghambat proses
pendidikan kesehatan
Faktor internal
·
Diri
sendiri
·
Keluarga
·
Motivasi
Faktor eksternal
·
Pengaruh
lingkungan
·
Pengaruh
iptek
·
Pengaruh
budaya
2.2
Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari 3 dimensi
:
1. Dimensi sasar.
a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat
tertentu.
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
2. Dimensi tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatan di rumah
sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan di
sekolah dengan sasaran pelajar.
c. Pendidikan kesehatan di
masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja.
3. Dimensi tingkat pelayanan
kesehatan
a. Pendidikan kesehatan promosi
kesehatan (Health Promotion), misal : peningkatan gizi, perbaikan
sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.
b. Pendidikan kesehatan untuk
perlindungan khusus (Specific Protection) misal : imunisasi
c. Pendidikan kesehatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early diagnostic and prompt treatment)
misal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko
kecacatan.
d. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal :
dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.
2.2.1 Tingkat
pelayanan pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari Leavel dan
Clark cit Herawani (2001), yaitu :
1) Promosi
kesehatan (Health Promotion)
Pada tingkat ini pendidikan
kesehatan diperlukan misalnya dalam kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi
lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala, peningkatan gizi dan kebiasaan hidup
sehat.
2) Perlindungan khusus (Specific
Protection)
Pada tingkat ini pendidikan
kesehatan diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Misalnya tentang
pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada anak
maupun orang dewasa. Program imunisasi merupakan bentuk pelayanan perlindungan
khusus.
3) Diagnosa
dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Pada tingkat ini pendidikan
kesehatan diperlukan karena rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan kesehatan dan penyakit yang terjadi di masyarakat. Keadaan ini
menimbulkan kesulitan mendeteksi penyakit yang terjadi di masyarakat,
masyarakat tidak mau periksa dan diobati penyakitnya. Kegiatan pada tingkat
pencegahan ini meliputi pencarian kasus, penyembuhan dan pencegahan
berlanjutnya proses penyakit, pencegahan penyebaran penyakit menular, dan
pencegahan komplikasi.
4) Pembatasan
cacat (Disability Limititato)
Pada tingkat ini pendidikan
kesehatan diperlukan karena masyarakat sering didapat tidak mau melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas aau tidak mau melakukan pemeriksaan dan pengobatan
penyakit secara tuntas atau tidak mau melakukan pemeriksaan dan pengobatan
penyakit secara tuntas. Hal ini terjadi karena kurangnya pengertian dan
kesadaran masyarakat akan kesehatan dan penyakitnya. Pada tingkat ini kegiatan
meliputi perawatan untuk menghentikan penyakit, pencegahan komplikasi lebih
lanjut, mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.
5)
Rehabilitasi (Rehabilitation)
Pada tingkat pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah sembuh dari
suatu penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi cacat. Untuk memulihkan
kecacatannya itu diperlukan latihan-latihan. Untuk melakukan suatu latihan yang
baik dan benar sesuai program yang ditentukan, diperlukan adanya pengertian dan
kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ada rasa malu dan
takut tidak diterima untuk kembali ke masyarakat setelah sembuh dari suatu
penyakit atau mungkin masyarakat tidak mau menerima anggota masyarakat lainnya
yang baru sembuh dari suatu penyakit.
2.2.2 Pendidikan
kesehatan dalam keperawatan
Prinsip pendidikan kesehatan
1. Pendidikan
kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan
kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan
sasaran pendidikan.
2. Pendidikan
kesehatan tidak
dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain,
karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah
kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
3. Bahwa yang
harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
4. Pendidikan
kesehatan dikatakan
berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2.3 Faktor
faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Secara
umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut
saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar.
2.4
Factor
internal
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini
meliputi factor fisiologis dan factor psikologiss.
a) Factor fisiologis
Factor-faktor
fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya
hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat
memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan
jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani
antara lain adalah :
a. menjaga pola makan yang sehat dengan
memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi
atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk,
sehingga tidak ada gairah untuk belajar,
b. rajin berolah raga agar tubuh selalu
bugar dan sehat.
c. istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi
hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses belajar ,
merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap
oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang
memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh
lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik,
baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan
sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata
dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain
sebagainya.
b)
Factor
psikologis
Factor
–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi
proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.
a)
kecerdasan /intelegensia siswa
Pada
umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan
rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari
hamper seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan
merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang
individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu
itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari
orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan
pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru
professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
Para ahli
membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat
IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill
sebagai berikut ((Fudyartanto 2002).
Distribusi Kecerdasan IQ menurut
Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)
|
Klasifikasi
|
140 – 169
|
Amat superior
|
120 – 139
|
Superior
|
110 – 119
|
Rata-rata tinggi
|
90 – 109
|
Rata-rata
|
80 – 89
|
Rata-rata rendah
|
70 – 79
|
Batas lemah mental
|
20 — 69
|
Lemah mental
|
Dari table tersebut, dapat diketahui
ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
- Kelompok kecerdasan amat superior (very superior)
merentang antara IQ 140—IQ 169;
- Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ
120—IQ 139;
- Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang
anatara IQ 110—IQ 119;
- Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ
109;
- Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang
antara IQ 80—IQ 89;
- Kelompok batas lemah mental (borderline defective)
berada pada IQ 70—IQ 79;
- Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective)
berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara
lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman
tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru
atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan
yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga
untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang
akan diberikan kepada siswa.
b)
Motivasi
Motivasi
adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut
sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi
ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam
diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang
siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca,
karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga
telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki
pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut
Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsic untuk
belajar anatara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki
dunia yang lebih luas.
b. Adanya sifat positif dan kreatif
yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.
c. Adanaya keinginan untuk mencapai
prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang
tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai
ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi
ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
c)
Minat
Secara
sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat
bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun
lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat
atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk
membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara
lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan
tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang
membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain
belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif,
maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan
atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang
studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
d)
Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat
memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang
mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan
cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik
secara positif maupun negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi
oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau
lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative
dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan
bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,
sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang
diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran
dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang
dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.
e)
Bakat
Faktor
psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003).
Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan
umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses
belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada
dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat
tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang
dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena
belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki
oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.
2.5
Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain
karakteristik siswa atau factor-faktor endogen, factor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan
bahwa faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan
nonsosial.
1.
Lingkungan social
a. Lingkungan social sekolah, seperti
guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat
menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi
siswa untuk belajar.
b. Lingkungan social masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar
siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga
dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilkinya.
c. Lingkungan social keluarga.
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga,
semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan
anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2.
Lingkungan non social.
Faktor-faktor yang termasuk
lingkungan nonsosial adalah;
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi
udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu
silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang.
Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b. Factor instrumental,yaitu perangkat
belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain
sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang
diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan
siswa begitu juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang
postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
konsdisi siswa.
2.6 Alat
Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan
1. Alat bantu (peraga)
Pengertian ;
Alat-alat yang digunakan oleh
peserta didik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran, sering disebut
sebagai alat peraga. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11
(sebelas) macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat
bantu tersebut dalam suatu kerucut. Menempati dasar kerucut adalah benda asli
yang mempunyai intensitas tertinggi disusul benda tiruan, sandiwara,
demonstrasi, field trip/kunjungan lapangan, pameran, televisi, film,
rekaman/radio, tulisan, kata-kata. Penyampaian bahan dengan kata-kata saja
sangat kurang efektif/intensitasnya paling rendah.
Faedah alat bantu pendidikan
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3) Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan
pesan-pesan kesehatan.
5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak
dan cepat.
6) Merangsang
sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang
lain.
7) Mempermudah
penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan.
8) Mempermudah penerimaan informasi
oleh sasaran pendidikan. Menurut penelitian ahli indra, yang paling banyak
menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75-87%
pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui mata, sedangkan 13-25% lainnya
tersalurkan melalui indra lain. Di sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual
lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan
pendidikan.
9)
Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan
akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.
10)
Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Macam-macam alat bantu pendidikan
1) Alat bantu lihat (visual aids) ;
- alat yang diproyeksikan : slide, film, film strip dan
sebagainya.
- alat yang tidak diproyeksikan ; untuk dua dimensi misalnya
gambar, peta, bagan ; untuk tiga dimensi misalnya bola dunia, boneka, dsb.
2) Alat bantu dengar (audio aids) ; piringan hitam,
radio, pita suara, dsb.
3) Alat bantu lihat dengar (audio visual aids) ;
televisi dan VCD.
Sasaran yang dicapai alat bantu
pendidikan
1) Individu atau kelompok
2) Kategori-kategori sasaran seperti ; kelompok umur,
pendidikan, pekerjaan, dsb.
3) Bahasa yang mereka gunakan
4) Adat istiadat serta kebiasaan
5) Minat dan perhatian
6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan
diterima.
Merencanakan dan menggunakan alat
peraga
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1) Tujuan pendidikan, tujuan ini dapat untuk :
a) Mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat dan
konsep-konsep.
b) Mengubah sikap dan persepsi.
c) Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.
2) Tujuan penggunaan alat peraga
a) Sebagai alat bantu dalam latihan / penataran/pendidikan.
b) Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah.
c) Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi.
d) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.
Persiapan
penggunaan alat peraga
Semua alat peraga yang dibuat
berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus diingat bahwa alat ini dapat
berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan ketrampilan
dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai hasil
yang maksimal.
Contoh : satu set flip chart tentang
makanan sehat untuk bayi/anak-anak harus diperlihatkan satu persatu secara
berurutan sambil menerangkan tiap-tiap gambar beserta pesannya. Kemudian
diadakan pembahasan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya agar terjadi
komunikasi dua arah. Apabila kita tidak mempersiapkan diri dan hanya
mempertunjukkan lembaran-lembaran flip chart satu demi satu tanpa menerangkan
atau membahasnya maka penggunaan flip chart tersebut mungkin gagal.
Cara
mengunakan alat peraga
Cara mempergunakan alat peraga
sangat tergantung dengan alatnya. Menggunakan gambar sudah barang tentu lain
dengan menggunakan film slide. Faktor sasaran pendidikan juga harus
diperhatikan, masyarakat buta huruf akan berbeda dengan masyarakat
berpendidikan. Lebih penting lagi, alat yang digunakan juga harus menarik,
sehingga menimbulkan minat para pesertanya.
Ketika mempergunakan AVA, hendaknya
memperhatikan :
1) Senyum
adalah lebih baik, untuk mencari simpati.
2)
Tunjukkan perhatian, bahwa hal yang akan dibicarakan/diperagakan itu, adalah
penting.
3) Pandangan mata hendaknya ke
seluruh pendengar, agar mereka tidak kehilangan kontrol dari pihak pendidik.
4) Nada suara hendaknya
berubah-ubah, adalah agar pendengar tidak bosan dan tidak mengantuk.
5) Libatkan para peserta/pendengar,
berikan kesempatan untuk memegang dan atau mencoba alat-alat tersebut.
6) Bila
perlu berilah selingan humor, guna menghidupkan suasana dan sebagainya.
2. Media pendidikan kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada
hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual aids/AVA). Disebut
media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel)
untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau ”klien”. Berdasarkan
fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi
menjadi 3 (tiga) : Cetak, elektronik, media papan (bill board)
Media
cetak
1) Booklet
: untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan
bisa gambar/tulisan atau keduanya.
3) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak
dalam bentuk lipatan.
4) Flip chart (lembar Balik)
; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk
buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya
berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubrik/tulisan-tulisan
pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
6)
Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan,
yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di
kendaraan umum.
7) Foto,
yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
Media elektronik
1) Televisi ; dapat dalam bentuk
sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz,
atau cerdas cermat, dll.
2) Radio ; bisa dalam bentuk
obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot, dll.
3) Video Compact Disc (VCD)
4) Slide : slide juga dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan.
5) Film strip juga dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan kesehatan.
Media
papan (bill board)
Papan/bill board yang dipasang di
tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi –
informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis
pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi).
2.7 Penyusunan SAP dan Proposal Pelatihan / Health Education
(komunitas)
Penyusunan
SAP & proposal pelatihan / health education (komunitas) SAP” adalah suatu
nama mungkin sudah tidak asing lagi untuk praktisi-praktisi IT dunia, maupun di
Indonesia. “SAP” ini adalah singkatan dari “System Analysis and Program
Development (in German : Systemanalyse und Proggrammentwicklung)” yang
ditemukan oleh Wellenreuther, Hopp, Hector, Plattner, dan Tschira pada tahun
1972. Yang kemudian berganti menjadi “Systems Application and Products in Data
Processing” pada tahun 1977. “SAP”yang dikenal pada saat ini adalah sistem
R/3-nya yang sudah teruji oleh perusahaan-perusahaan dunia dalam menjalankan
bisnisnya, yang lebih dikenal dengan SAP R/3. Sebelum sampai ke generasi R/3,
SAP sudah melewati tahap R/1 dan R/2. Selain sistem R/3 yang terkenal banyak
juga solusi-solusi bisnis lainnya antara lain SAP BI (Business Intelligence)
yang digunakan untuk Data Warehousing, SEM (Strategic Enterprise Management),
SCM (Supply Chain Management), CRM dan masih banyak solusi-solusi bisnis lain
yang ditawarkan oleh SAP untuk berbagai jenis bidang usaha di dunia.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi, dan
atau mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar
melaksanakan perilaku hidup sehat. Sedangkan secara operasional, pendidikan
kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003).
Dalam penerapann Health Education ada factor-faktor yang mempengaruhi
diantaranya factor internal dan eksternal, selain itu dalam penerapannya juga
terdapat ruang lingkup dan cirri-ciri proses belajar health education yang
kembali lagi ke tujuan kita untuk mempelajari health education itu. Selain itu
juga terdapat model penkes yang digunakan oleh perawat, tahapan penkes, alat
bantu dan bagaimana langkah penyusunan SAP dan proposal pelatihan atau Health
Education (komunitas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar