Senin, 22 September 2014

DISTANCE LEARNING, SIMULATION, TELECONFRENCE

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Education merupakan perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (McLeod, 1989 dalam  Syah, 2000). Rendahnya akses pendidikan, mahalnya biaya pendidikan, dan pengorbanan yang harus dikeluarkan seperti harus meninggalkan pekerjaan menyebabkan banyak tenaga kesehatan yang belum mempunyai  kesempatan untuk belajar secara formal. Proses belajar seyogyanya berlangsung sejak dari lahir sampai akhir hayat, atau lebih sering dikenal dengan life long learner (Jones, 2004). Metode distance learning merupakan salah satu metode belajar secara mandiri dan terus menerus.
Distance Learning yang terkenal dengan sebutan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), merupakan sebuah model pembelajaran solutif dari kegiatan belajar mengajar yang terkendala waktu, tempat, dan sumber daya manusia. Perlu disepakati terlebih dahulu bahwa model pembelajaran jarak jauh bisa dibagi dalam beberapa bagian. Bagian pertama adalah pembelajaran jarak jauh dalam lingkup e-learning, yaitu sebuah media on-line yang memiliki sumber untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi informasi melalui internet. Sistem ini dapat berisi materi buku, modul ajar, soal-soal latihan, dan forum diskusi.
Bagian kedua adalah pembelajaran dalam bentuk pelatihan jarak jauh. Selain ada buku atau modul ajar, latihan soal dan test on-line, sistem ini biasanya tetap menerapkan adanya proses tatap muka dalam proses belajar mengajarnya, sehingga kompetensi keterampilan dalam pelatihan ini diharapkan memiliki kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penjagaan kualitas pelatihan karena diakhir pembelajaran model tersebut akan diberikan sertifikat sebagai tanda kelulusannya
Berdasarkan masalah kesehatan yang ada dan adanya kesenjangan  sumber daya tenaga kesehatan maka penulis memaparkan salah satu alternatif cara peningkatan pengetahuan tenaga kesehatan dengan memanfaatkan media teknologi. Berikut akan dipaparkan konsep pembelajaran distance learning, langkah-langkah mengakses, manfaat, kelemahan dan implikasi pemanfaatan proses pembelajaran distance learning, simulation, teleconference dalam pendidikan kesehatan untuk tenaga  kesehatan khususnya tenaga perawat.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah  yang dapat kami kaji dalam makalah ini yaitu:
  1. Bagaimana sejarah pembelajaran jarak jauh (distance learning, simulation, teleconference?
  2. Apakah yang dimaksud dengan distance learning, simulation, teleconference?
  3. Siapa saja peran-peran utama dalam distance learning?
  4. Bagaimana proses pembelajaran distance learning, simulation, teleconference?
  5. Apa saja manfaat distance learning, simulation, teleconference?
  6. Apa saja kelemahan distance learning, simulation, teleconference?
  7. Apa implikasi pemanfaatan proses pembelajaran distance learning, simulation, teleconference dalam pendidikan kesehatan untuk tenaga  kesehatan khususnya tenaga perawat.





C.    Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
  1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pembelajaran jarak jauh (distance learning, simulation, teleconference.
  2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan distance learning, simulation, teleconference.
  3. Untuk mengetahui iapa saja peran-peran utama dalam distance learning
  4. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran distance learning, simulation, teleconference.
  5. Untuk mengetahui apa saja manfaat distance learning, simulation, teleconference.
  6. Untuk mengetahui apa saja kelemahan distance learning, simulation, teleconference.
  7. Untuk mengetahui apa implikasi pemanfaatan proses pembelajaran distance learning, simulation, teleconference dalam pendidikan kesehatan

D.    Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu :
1.      Metode Kepustakaan
Adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku atau refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas
2.      Metode Media Informatika
Adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet



BAB II
DISTANCE LEARNING, SIMULATION, TELECONFRENCE

A.    Sejarah Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning, Simulation, Teleconfrence
Distance learning” dikembangkan pertama kali di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Inggris pada pertengahan tahun 1800. Pada tahun 1840, Sir Isac Pitman mengajar jarak jauh menggunakan surat. Dan pada tahun 1980 an, International Correspondence Schools (ICS) membangun metode perkuliahan “home-study courses” yang pada saat itu dikarenakan faktor kemananan pada era itu. Pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori :
1.      Sistem berbasis video mulai muncul tahun 1960-an dimana ketika itu merupakan era meluasnya kepemilikan televisi. Dengan merekam materi belajar ke dalam kaset video dan diputar pada stasiun-stasiun televisi, sistem ini memiliki jangkauan geografis yang cukup besar. Salah satu kelemahan sistem ini adalah kurangnya interaksi dan komunikasi dua arah antara pengajar dan peserta.
2.      Sistem berbasis data dapat kita klasifikasikan dalam dua kategori : groupware dan internet. Pada groupware, biasanya menggunakan perangkat lunak yang termasuk dalam kategori computer-supported coorperative (cscw), dimana melalui perangkat lunak ini, sudah tersedia layanan seperti electronic messaging, data conferencing, dan messaging gateways.

B.     Pengertian Distance Learning, Simulation, Teleconference.
Distance learning, simulation, teleconfrence mempunyai beberapa definisi antara lain :
1.      Dikemukakan oleh Keegan, D.1995,”distance education & training result from the technological separation of teacher & learner which frees the student from the necessity of traveling to “a fixed place, at a fixed time, to meet a fixed person, in order to be trained”.
2.      Distance Learning atau pembelajaran jarak jauh, adalah bidang pendidikan yang berfokus pada pedagogi, teknologi, dan desain sistem instruksional yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada para siswa yang tidak secara fisik "di situs" di kelas tradisional atau kampus. Ini telah digambarkan sebagai "suatu proses untuk membuat dan menyediakan akses untuk belajar ketika sumber informasi dan peserta didik dipisahkan oleh waktu dan jarak, atau keduanya".
3.      Teleconference adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dilakukan melewati telefon atau koneksi jaringan. Pertemuan tersebut bisa menggunakan suara (audio conference) atau menggunakan audio-video (video conference) yang memungkinkan peserta konferensi saling melihat dan mendengar apa yang dibicarakan, sebagaimana pertemuan biasa. Sistem telekomunikasi dapat mendukung teleconference karena menyediakan satu atau lebih dari berikut ini: audio, video, dan / atau layanan data oleh satu atau lebih berarti, seperti telepon, komputer , telegraf, teletip, radio, dan televisi.
4.      Simulation adalah sumber pembelajaran yang berupaya memodelkan virtual reality dalam upaya mengilustrasikan obyek pendidikan tertentu. Digunakan untuk mengembangkan case study, dan mungkin juga melibatkan clip audio dan clip video dan role play, grafik berbasis web.

C.    Peran-peran Utama dalam Distance Learning
1.      Siswa (student), peran utama dari siswa disini adalah belajar. Dalam proses pembelajaran jarak jauh ini tetap diperlukan keadaan yang baik, motivasi, perencanaan, dan kemampuan untuk menganalisa materi perkuliahan, tugas, dan tes yang diberikan seorang instruktur kepada siswa.
2.      Kampus (faculty), kesuksesan dari sistem pembelajarasn jarak jauh ini sangat ditentukan oleh kampus. Pada sistem kelas tradisional, tanggung jawab seorang isntruktur adalah memberikan materi kursus dan memberikan keperluan yang dibutuhkan siswa. Hal yang menarik adalah penyesuaian kemampuan mengajar secara jarak jauh. Seorang instruktur harus mampu membuat sistem pemahaman yang mudah, mengadaptasikan cara mengajar antara sistem kelas tradisional dengan teknologi dari sistem pembelajaran jarak jauh.
3.      Fasilitator sebagai jembatan antara siswa dengan pengajar. Agar efektif maka fasilitator harus mampu menganalisa kebutuhan-kebutuhan antara siswa dengan pengajar.
4.      Staff pendukung (support staff), secara individual bagian ini tidak begitu menonjol, tetapi pada sistem pembelajaran jarak jauh secara luas, fungsi dari support service sangat menentukan dari kesuksesan distance learning, yang antara lain adalah dalam sistem pendaftaran mahasiswa (regsitration), penggandaan dan penyebaran materi, pengaturan jadwal (schedulling), pemrosesan laporan penilaian (grades), pengaturan hal teknis, dan lain sebagainya.
5.      Administrator, meskipun fungsi administrator sangat berpengaruh pada perencanaan awal sistem distance learning, tapi administrator juga berperan sebagai consensus builder, pengambil keputusan (decision maker), refree. Administrator bekerja secara personal dan memastikan resource dan teknologi yang ada dapat bekerja secara baik dan efektif, dan selalu bertanggung jawab dalam memaintenance sistem.

D.    Proses Pembelajaran Distance Learning, Simulation, Teleconference.
Proses pembelajaran distance learning menggunakan media teknologi dan bertujuan meningkatkan proses pembelajaran. Proses distance learning bisa secara synchronous, di mana pengajar dan peserta didik dapat berinteraksi dalam waktu yang sama walaupun tidak dalam satu tempat, seperti contohnya teleconference.
Sedangkan Asynchronous, peserta didik berinteraksi dapat pada waktu yang tidak sama dan tempat yang tidak sama juga, contohnya media Compact-disk (CD), dan e-learning. Distance learning juga dapat memperluas jangkauan dan jumlah peserta didik (Kozlowski, 2002).
Proses pembelajaran dengan distance learning berbasis teknologi berlangsung sebagai berikut:
                                                                     
            Learning Management System (LMS) merupakan lingkungan pembelajaran yang digunakan oleh pengajar dan peserta didik. Tempat pelaksanaannya pada Learning Support Center (LSS). Dengan adanya LMS ini pengajar dapat memasukkan materi pembelajaran baik, tugas, forum diskusi, dan evaluasi, sedangkan peserta didik dapat men-download materi, berdiskusi dengan pengajar dan teman. Dengan sistem ini sharing informasi dan sharing pengetahuan tidak bersifat hanya vertikal artinya tidak hanya dari pengajar tetapi juga dari peserta didik

E.     Manfaat Distance Learning, Simulation, Teleconference.
Menurut Soekartawi (2005), ada beberapa manfaat dari pembelajaran jarak jauh (distance learning), diantaranya adalah:
1.      Pembelajaran dapat dilakukan dengan sifat terbuka, fleksibel dan tidak terbatas oleh waktu. Lama waktu belajar juga bergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar. Pembelajar dapat menentukan kapan saja waktu untuk belajar, sesuai dengan ketersediaan waktu masing-masing. Kalau si pembelajar telah mencapai tujuan pembelajaran, ia dapat menghentikannya. Sebaliknya, apabila si pembelajar masih memerlukan waktu untuk mengulangi kembali subjek pembelajarananya, dia bisa langsung mengulanginya tanpa tergantung pada pembelajar lain atau pengajar. Mengingat, materi pembelajaran disimpan dalam komputer, berarti materi itu mudah diperbarui sesuai dengan perkembangan iptek. Kaum pembelajar dapat menanyakan hal-hal yang kurang dipahami secara langsung kepada pengajar, sehingga keakuratan jawaban dapat terjamin.
2.      Membantu interaksi antara murid yang berada di daerah terpencil dan pengajar / instrukturnya dengan diadakannya pertemuan berkala;
3.      Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas untuk meningkatkan pemerataan pendidikan. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru Tanah Air dengan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas, karena tidak memerlukan ruang kelas. Guru dan murid tidak perlu bertatap muka secara langsung dalam ruang kelas, karena yang digunakan adalah fasilitas komputer yang dihubungkan dengan internet atau intranet. Sehingga, dengan belajar seperti ini akan mengurangi biaya operasional pendidikan, seperti biaya pembangunan dan pemeliharaan gedung, transportasi, pemondokan, kertas, alat tulis dan sebagainya.
4.      Mengurangi angka putus sekolah atau putus kuliah.
5.      Meningkatkan prestasi belajar, khususnya bagi murid yang mengalami hambatan secara geografis karena jauh dari lokasi pembelajaran;
6.      Meningkatkan rasa percaya diri bagi peserta didiknya;
7.      Meningkatkan wawasan keilmuan yang tidak terbatas lagi oleh jarak, waktu, maupun usia. Pembelajar dapat memilih topik atau bahan ajar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing. Hal ini sangat baik karena dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Seperti diyakini kaum pendidik, bahwa pembelajar akan sangat efektif manakala sesuai dengan keinginan dan kebutuhan peserta didik.
8.      Mengatasi kekurangan tenaga pendidikan.

F.     Kelemahan Distance Learning, Simulation, Teleconference
Disamping adanya banyak manfaat yang diberikan oleh model belajar distance learning, ada juga kelemahan yang dimilikinya seperti berikut ini:
1.      Biaya infrastruktur yang mahal menyebabkan imbas pada biaya pendaftaran calon peserta didik yang juga menjadi mahal.
2.      Interaksi antara peserta didik dan pengajar terbatas. Kesulitan mendapat penjelasan pengajar/fasilitator yang sesegera mungkin apabila pelajar mendapatkan kesulitan.Pelajar harus menunggu pengajar untuk membuka internetnya.
3.      Sulitnya menerapkan pembelajaran jarak jauh berbasis TIK bagi daerah yang masih belum terjangkau listrik, atau belum tersentuh teknologi komputer sama sekali.
4.      Tingginya kemungkinan gangguan belajar. Karena sifat cara pendidikan jarak jauh ini merupakan belajar mandiri, sehingga kemungkinan terjadi gangguan selama belajar sangat mungkin, hal ini bergantung pada motivasi masing-masing pembelajar. Demikian pula dengan kemungkinan terhentinya program pembelajaran.
5.      Pemahaman pembelajar terhadap bahan ajar. Bisa saja terjadi kesalahan visi dan persepsi terhadap tujuan yang ditentukan. Si pembelajar merasa bahwa dia telah mencapai tujuan pembelajaran; sedangkan pengajar/fasilitator masih menganggap belum tercapai sepenuhnya. Tetapi, kesalahan visi dan persepsi ini dapat ditanggulangi, karena setiap akhir paket pembelajaran diadakan evaluasi dan refleksi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif dari Proses Distance Learning (Pembelajaran Jarak Jauh) sebagai berikut :
  1. Memberikan motovasi kepada pelajar agar memiliki rasa ingin tahu dan semangat belajar dengan cara memberikan tugas-tugas secara online,dengan bobot yang sesuai denga pelajar tersebut.
  2. Memberikan waktu kepada pelajar unuk bertanya apa yang kurang iya pahami dibantu dengan membuka Internet atau media informasi secara onine
  3. Dengan mengadakan Evaluasi dan Refleksi disetiap ahir paket pembelajaran

G.    Implikasi Pemanfaatan Proses Pembelajaran Distance Learning, Simulation, Teleconference dalam Pendidikan Kesehatan
Peraturan Pemerintah no. 32, 1996 dalam DinKes DKI th 2005, menyatakan bahwa tenaga kesehatan adalah  setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu  memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dalam kategorinya tenaga kesehatan dibagi menjadi tenaga medis, perawat, paramedis, dan non medis.
Proses peningkatan pendidikan dan pengetahuan membutuhkan upaya yang sangat besar. Salah satu faktor yang menjadi kendala dalam peningkatan pendidikan dan pengetahuan adalah faktor tempat pendidikan. Tempat pendidikan umumnya terletak di kota besar, sedangkan secara geografis Indonesia merupakan kepulauan sehingga perawat dari daerah lain harus mengeluarkan biaya dan tenaga untuk menempuh pendidikan di  kota besar.
Distance learning bagi keperawatan sendiri tidak harus bersifat proses pembelajaran formal untuk mengambil gelar, namun distance learning bagi keperawatan harus diartikan lebih luas. Selain pada pendidikan formal, media  online learning juga dimanfaatkan untuk melaksanakan courses online, dan konsultasi on line (Indrajit,E 2004). Trend pelatihan dan kursus yang memanfaatkan media distance learning berbasis web dapat digunakan dalam tenaga keperawatan, sehingga tenaga keperawatan yang tersebar di berbagai tempat berkesempatan untuk memperoleh perkembangan ilmu secara cepat tanpa harus membuang biaya menuju ke pusat pelatihan.
Pelayanan konsultasi berbasis web dapat dilaksanakan jika ada permasalahan dari dunia pendidikan maupun masalah terkait pelayanan keperawatan. Melalui media ini diharapkan jika muncul permasalahan di rumah sakit atau di puskesmas tenaga keperawatan dapat  berkonsultasi dengan cepat kepada pakar keperawatan. Selain itu jika ada kasus baru yang menarik dari suatu rumah sakit atau komunitas beberapa institusi pendidikan juga dapat belajar dari kasus tersebut dalam waktu yang sama (Hariyati, 2004)
Peranan learning berbasis web juga dapat dimanfaatkan dalam mendapatkan sumber-sumber penelitian yang bermutu. Seorang peneliti dapat dengan mudah mencari studi literatur sebagai dasar dari penelitian yang akan dilaksanakan melalui internet. Selain itu melalui media ini seorang peneliti yang telah selesai melaksanakan penelitiannya dapat mempublikasikan hasil penelitiannya kepada masyarakat.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Distance learning” dikembangkan pertama kali di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Inggris pada pertengahan tahun 1800. Pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori yaitu sistem berbasis video dan sistem berbasis data. Distance learning merupakan suatu metode pembelajaran yang bersifat active learner, di mana setiap peserta didik harus secara mandiri dan aktif meningkatkan pengetahuan. Distance learning yang berbasis teknologi disarankan sebagai salah satu upaya peningkatan pengetahuan bagi tenaga perawat, tidak hanya untuk pendidikan formal, tetapi juga sebagai pusat pelatihan, pusat konsultasi, pusat riset, dan pusat sharing komunikasi antar perawat. Strategi manajemen pengelolaan yang baik serta persiapan infrastruktur yang matang perlu disiapkan dalam menyelenggarakan distance learning. Selain itu kemandirian dan keaktifan peserta didik sangat diperlukan dalam keberhasilan proses distance learning (HH).



MANFAAT IT DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KOMPUTERISASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap manusia tidak dapat memungkiri bahwa kemajuan bidang teknologi dan informasi ( IT) telah membawa banyak keuntungan bagi manusia dalam kehidupannya. Karena itu, wajar jika setiap manusia beranggapan bahwa IT tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut telah membawa banyak keuntungan bagi kehidupan manusia salah satunya dalam membantu pekerjaan yang mereka geluti.
Perkembangan teknologi computer (informasi) yang begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi komputer relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan bagian kecil.
 Di Amerika Serikat,  negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi informasi komputer, rumah sakit rata-rata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi informasi. Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi komputer merupakan salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus informasi. Teknologi informasi dan komunikasi komputer saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalahnya yaitu:
1.      Apa pemanfaatan IT dalam  pendidikan kesehatan; media, sosialiasi dan publikasi.
2.      bagaimana aplikasi IT dalam Pelayanan Rumah Sakit?
3.      Apa saja jejaring komunikasi dalam pelayanan kesehatan rumah sakit, puskesmas?
4.      Bagaimana penggunaan IT dalam Rekam  Medik?
5.      Apa saja keuntungan dan kerugian penggunaan IT dalam pelayanan Rumah Sakit?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa pemanfaatan IT dalam  pendidikan kesehatan; media, sosialiasi dan publikasi.
2.      Untuk mengetahui bagaimana aplikasi IT dalam Pelayanan Rumah Sakit.
3.      Untuk mengetahui apa saja jejaring komunikasi dalam pelayanan kesehatan rumah sakit, puskesmas.
4.      Untuk mengetahui bagaimana penggunaan IT dalam Rekam  Medik.
5.      Untuk mengetahui apa saja keuntungan dan kerugian penggunaan IT dalam pelayanan Rumah Sakit.
D.    Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu mahasiswa untuk lebih mengetahui manfaat IT dalam pendidikan kesehatan dan komputerisasi dalam pelayanan RS

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pemanfaatan IT dalam Pendidikan Kesehatan Medis, Sosialisasi dan Publikasi.
Association of Education Communication Technology (AECT) memberikan batasan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk penyaluran pesan. Ada berbagai macam media yang dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan kesehatan kususnya yang berbasis komputer dan sering dipergunakan  antara lain :
1.      Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti bahang dan meter yang berarti untuk mengukur.yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa. Termometer Merkuri adalah jenis termometer yang sering digunakan oleh masyarakat awam. Merkuri digunakan pada alat ukur suhu termometer karena koefisien nilainya bisa terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat kenaikan atau penurunan suhu hampir selalu sama.
2.       Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang erbeda: elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti "menulis". Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
3.      Medical Check Up atau yang sering kita kenal juga dengan sebutan Medcheck ,adalah salah satu cara kita menjaga kesehatan diri dan ini adalah salah satu dari investasi kita dalam hal kesehatan. Dengan melakukan Medcheck dapat diketahui hasil berbagai fungsi organ tubuh kita ,semisal fungsi hati ,fungsi ginjal ,fungsi jantung dsb.
Tujuan Melakukan MEDCHECK
• Mencegah berkembangnya penyakit
• Melakukan pengobatan segera
• Mencegah/menunda komplikasi
• Memperpanjang usia produktif
• Meningkatkan kualitas hidup
• Memperpanjang usia harapan hidup
• Menghemat biaya pengobatan

Berbagai Media yang Berperan dalam Sosialisasi dan Publikasi dalam Bidang Pendidikan
Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebutmerupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alattersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagimasyarakat atau klien.Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), mediaini dibagi menjadi 3, yakni :
a.       Media cetak 
b.      Media elektronik
c.       Media papan (bill board)
Kesehatan mereka sendiri tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain.Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesankesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapatlebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapatmenghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.Macam-macam alat bantu pendidikan dibagi menjadi 3, yaitu:
  1. Alat Bantu Lihat (Visual Aids) Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) padawaktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
a.       Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan sebagainya.
b.      Alat-alat yang tidak diproyeksikan yaitu dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya. dan d imensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.
  1. Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids) Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
  2. Alat Bantu Lihat-Dengar Merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan indra penglihatan dan pendengaran melalui mata dan telinga seperti televisi dan videocassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids(AVA).

Media Elektronik Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atauinformasi-informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda antara lain :
a.       Televisi Penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui media televisidapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV spot, quiz atau cerdas cermat, dansebagainya.
b.      Radio Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain obrolan (tanya jawab), sandiwara radio,ceramah, radio spot, dan sebagainya.
c.       Video Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video.
d.      Slide slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasikesehatan.
e.       Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

B.     Aplikasi IT dalam Pelayanan Rumah Sakit
Salah satu contoh aplikasi teknologi informasi di bidang kesehatan adalah dengan mengimplementasikan suatu sistem jaringan kesehatan global dalam satu komunitas, yang dapat berbasis pada LAN (Local Area Network), MAN (Metropolitan Area Network) maupun WAN (Wide Area Network), yang menghubungkan beberapa pusat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit.
Salah satu contoh pemanfaatannya adalah Teknologi informasi berupa Sistem Computerized Axial Tomography (CAT) berguna untuk menggambar struktur bagian otak dan mengambil gambar seluruh organ tubuh yang tidak bergerak dengan menggunakan sinar-X. Sedangkan untuk yang bergerak menggunakan sistem Dynamic Spatial Reconstructor (DSR) yang dapat digunakan untuk melihat gambar dari berbagai sudut organ tubuh. Data-data ini kemudian akan digunakan oleh dokter atau praktisi medis sebagai dasar penegakan diagnosis maupun aktivitas pemeriksaan.
Untuk hal administratif pada suatu rumah sakit teknologi informasi digunakan untuk menangani transaksi yang berhubungan dengan karyawan, juru medis, dan pasien. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system.
Sekarang ini sudah banyak rumah sakit yang menerapkan sistem informasi untuk memberikan kepuasan pelayanan terhadap masyarakat. Teknologi informasi telah banyak diaplikasikan misalnya, rekam medis elektronis telah diterapkan untuk mendukung pelayanan rawat inap, rawat jalan maupun rawat darurat. Berbagai hasil pemeriksaan laboratoris baik berupa teks, angka maupun gambar (seperti patologi, radiologi, kedokteran nuklir, kardiologi sampai ke neurologi sudah tersedia dalam format elektronik.
Sedangkan pada bagian rawat intensif teknologi informasi digunakan untuk mengcapture data secara langsung dari berbagai monitor dan peralatan elektronik. Sistem pendukung keputusan (SPK) juga sudah diterapkan untuk membantu dokter dan perawat dalam menentukan diagnosis, pemberitahuan riwayat alergi, pemilihan obat serta mematuhi protokol klinik. Dengan kelengkapan fasilitas elektronik, dokter secara rutin menggunakan komputer untuk menemukan pasien, mencari data klinis serta memberikan instruksi klinis. Namun demikian, bukan berarti kertas tidak digunakan. Dokter masih menggunakannya untuk mencetak ringkasan data klinis pasien rawat inap sewaktu melakukan visit. Di bagian rawat jalan, ringkasan klinis tersebut dicetak oleh staf administratif terlebih dahulu.

C.    Jejaring Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit, Puskesmas
Pengertian sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI 2009, merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal antar unit-unit yang setingkat kemampuannya. Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Syarat syarat tertentu harus dipenuhi sebelum system rujukan dapat berfungsi secara tepat, seperti:
1.        Kesadaran masyarakat dalam masalah kesehatan
2.        Petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan yang adekuat dalam strategi pendekatan resiko dan system rujukan.
3.        Setiap unit obstetric harus memiliki peralatan yang tepat.
4.        Komunikasi dan transportasi yang mudah harus tersedia.
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu Tujuan khusus sistem rujukan adalah:
a.       Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu maternal dan bayi.
b.      Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja puskesmas
Keberadaan jaringan komunikasi ini diharapkan akan memberi banyak manfaat dan kemudahan bagi fasilitas kesehatan (seperti RS, klinik dan puskesmas) untuk menjalankan pengelolaan keuangannya dan proses penggantian biaya, sehingga dapat memberikan layanan kesehatan terbaiknya kepada para pasien. “Nantinya proses pendaftaran kepesertaan BPJS Kesehatan juga dapat dilakukan di fasilitas kesehatan dengan memanfaatkan jaringan komunikasi ini
Sementara untuk BPJS Ketenagakerjaan, saat ini proses pendaftaran dan pencairan klaimnya selain dapat dilakukan di 121 kantor BPJS Ketenagakerjaan di seluruh Indonesia, juga bisa dilakukan di BRI tepatnya di 500 titik JSPO (Jamsostek Service Point Office) yang merupakan hasil kerjasama BPJS Ketenagakerjaan dengan BRI pada 497 Kabupaten/Kota yang terdapat di kantor unit kerja BRI di seluruh Indonesia; selain itu BRI juga melayani pembayaran premi di seluruh unit kerja BRI, di lebih 18 ribu ATM BRI, melalui Internet banking dan Mobile Banking BRI. BRI bersama BPJS menandatangani Perjanjian  Kerjasama Layanan Pendaftaran Kepesertaan Aktif dan Penyediaan Jaringan Komunikasi Data Pada Fasilitas Kesehatan yang telah Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

D.    Penggunaan IT dalam Rekam Medik
Pemanfaatan komputer sebagai sarana pembuatan dan pengiriman informasi medis merupakan upaya yang dapat mempercepat dan mempertajam bergeraknya informasi medis untuk kepentingan ketepatan tindakan medis. Namun di sisi lain dapat menimbulkan masalah baru di bidang kerahasiaan dan privacy pasien. Bila data medis pasien jatuh ke tangan orang yang tidak berhak, maka dapat terjadi masalah hukum dan tanggung-jawab harus ditanggung oleh dokternya atau oleh rumahsakitnya.
Untuk itu maka standar pelaksanaan pembuatan dan penyimpanan rekam medis yang selama ini berlaku bagi berkas kertas harus pula diberlakukan pada berkas elektronik. Umumnya komputerisasi tidak mengakibatkan rekam medis menjadi paperless, tetapi hanya menjadi less paper. Beberapa data seperti data identitas, informed consent, hasil konsultasi, hasil radiologi dan imaging harus tetap dalam bentuk kertas (print out). Konsil Asosiasi Dokter Sedunia di bidang etik dan hukum menerbitkan ketentuan di bidang ini pada tahun 1994. Beberapa petunjuk yang penting adalah :
  1. Informasi medis hanya dimasukkan ke dalam komputer oleh personil yang berwenang.
  2. Data pasien harus dijaga dengan ketat. Setiap personil tertentu hanya bisa mengakses data tertentu yang sesuai, dengan menggunakan security level tertentu.
  3. Tidak ada informasi yang dapat dibuka tanpa ijin pasien. Distribusi informasi medis harus dibatasi hanya kepada orang-orang yang berwenang saja. Orang-orang tersebut juga tidak diperkenankan memindahtangankan informasi tersebut kepada orang lain.
  4. Data yang telah “tua” dapat dihapus setelah memberitahukan kepada dokter dan pasiennya (atau ahli warisnya).
  5. Terminal yang on-line hanya dapat digunakan oleh orang yang berwenang.
Rekam medis yang berbentuk kertas umumnya disimpan di Bagian Rekam Medis. Orang yang akan mengaksesnya harus menunjukkan kartu pengenal atau surat ijin dari direksi atau pejabat yang ditunjuk. Tetapi, sekali rekam medis ini keluar dari “sarangnya”, petugas rekam medis tidak dapat lagi mengendalikannya. Mungkin saja rekam medis ini dikopi, diedarkan, dll.
Komputerisasi rekam medis harus menerapkan sistem yang mengurangi kemungkinan kebocoran informasi ini. Setiap pemakai harus memiliki PIN dan password, atau menggunakan sidik jari atau pola iris mata sebagai pengenal identitasnya. Data medis juga dapat dipilah-pilah sedemikian rupa, sehingga orang tertentu hanya bisa mengakses rekam medis sampai batas tertentu.
Misalnya seorang petugas registrasi hanya bisa mengakses identitas umum pasien, seorang dokter hanya bisa mengakses seluruh data milik pasiennya sendiri, seorang petugas “billing” hanya bisa mengakses informasi khusus yang berguna untuk pembuatan tagihan, dll. Bila si dokter tidak mengisi sendiri data medis tersebut, ia harus tetap memastikan bahwa pengisian rekam medis yang dilakukan oleh petugas khusus tersebut telah benar.
Sistem juga harus dapat mendeteksi siapa dan kapan ada orang yang mengakses sesuatu data tertentu (footprints). Di sisi lain, sistem harus bisa memberikan peluang pemanfaatan data medis untuk kepentingan auditing dan penelitian. Dalam hal ini perlu diingat bahwa data yang mengandung identitas tidak boleh diakses untuk keperluan penelitian. Kopi rekam medis juga hanya boleh dilakukan di kantor rekam medis sehingga bisa dibatasi peruntukannya. Suatu formulir “perjanjian” dapat saja dibuat agar penerima kopi berjanji untuk tidak membuka informasi ini kepada pihak-pihak lainnya.
Pengaksesan rekam medis juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang tidak berwenang tidak dapat mengubah atau menghilangkan data medis, misalnya data jenis “read-only” yang dapat diaksesnya. Bahkan orang yang berwenang mengubah atau menambah atau menghilangkan sebagian data, harus dapat terdeteksi “perubahannya” dan “siapa dan kapan perubahan tersebut dilakukan”.
Masalah hukum lainnya adalah apakah rekam medis elektonik tersebut masih dapat dikategorikan sebagai bukti hukum dan bagaimana pula dengan bentuk elektronik dari informed consent ? Memang kita menyadari bahwa berkas elektronik juga merupakan bukti hukum, namun bagaimana membuktikan ke-otentik-annya? Bila di berkas kertas selalu dibubuhi paraf setiap ada perubahan, bagaimana dengan berkas elektronik?
Di sisi lain, komputerisasi mungkin memberikan bukti yang lebih baik, yaitu perintah jarak jauh yang biasanya hanya berupa per-telepon (tanpa bukti), maka sekarang dapat diberikan lewat email yang diberi “signature”.

E.     Keuntungan dan Kerugian Penggunaan IT dalam Pelayanan Rumah Sakit.
Keuntungan
Perkembangan teknologi dapat membuka banyak lapangan pekerjaan baru,sehingga sumber daya manusia dapat berperan,baik tenaga maupun pikiran.Perkembangan teknologi mempunyai dampak positif,yaitu terpenuhinya kebutuhan manusia akan kemakmuran materi,kemudahan serta manusia dapat mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan efisien.
Teknologi yang semakin berkembang menuntut sebuah realisasi yang berdampak positif terhadap kehidupan manusia khusunya di bidang kesehatan. Berikut ini merupakan beberapa yang kita ketahui dan lazim kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Ditemukannya mikroskop, sinar-X, antibiotik, obat-obat bius, transplantasi vaksinasi bidang kedokteran dan  pengobatan dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat telah maju dengan pesat. Penemuan dalam bidang-bidang tersebut telah membebaskan manusia dari bahaya maut, akibat penyebaran wabah penyakit yang mengerikan seperticacar, pes, malaria, TBC, tumor, kanker, dan lain-lain.
  2. Ditemukannya alat-alat pengganti organ tubuh manusia yang telah rusak. Misalnya mata (baik mata buatan maupun donor mata), ginjal dan jantung.
  3. Diketemukannya keahlian dalam bidang operasi plastik, sehingga hidung yang pesek dapat menjadi mancung, dan lain-lain.
  4. Diketemukannya tata menu makan setiap hari. Dengan diketemukannya cara ini, sebagian besar masyarakat telah mengatur menu makan dengan zatvitamin sehingga dapat memperlambat keausan setiap organ tubuh manusia dengan begitu akan memberi kesempatan untuk lebih lama.
  5. Diketemukannya peralatan untuk mengolah sampah dan limbah sehingga sampah dan limbah tidak lagi mengganggu kelangsungan hidup manusia. Sehingga dengan bukti-bukti tersebut maka perkembangan teknologi dapat dianggap memiliki banyak dampak positif yang meluas dan berlaku secara umum di masyarakat. Dengan adanya perkembangan teknologi seperti ini, berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap kemungkinan penyakit yang dapat menyerang manusia seketika. Menurut penelitian penyakit menular dapat disebabkan oleh bakteri, cacing dan jamur. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat diketahui proses perkembangbiakan suatu bakteri. Dengan demikian timbullah suatu usaha pemberantasan penyakit menular dengan beberapa cara diantaranya :
a         Melokalisasi dan memberikan pengobatan yang tuntas terhadap penderita penyakit menular.
b        Dengan teknologi dan faslitas pengobatan yang memadai dapat digunakan untuk memberantas penyakit menular.

Kerugian
Kemampuan teknologi dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan tidak menutup kemungkinan juga akan menimbulkan dampak negatif. Yaitu timbulnya penyakit-penyakit baru, baik langsung maupun tidak langsung.

1.          Efek radiasi yang berpotensi menghasilkan penyakit baru
Salah satu contoh adalah penyakit kanker yang kita ketahui bersama bahwa hingga saat ini penyakit tersebut belum memiliki obat yang bisa mendeteksi hingga tercapainya suatu kesembuhan yang sempurna bagi para penderitanya. Selain itu unsur zat radioaktiv yang digunakan untuk mengobati penderita kanker juga dapat menimbulkan radiasi yang berbahaya, dan tentunya hal tersebut menjadi cikal bakal suatu penyakit baru yang berbahaya. Begitu halnya dengan alat komunikasi yang sering kita gunakan. Sejumlah penelitian yang dilakuan menunjukkan radiasi telepon genggam berakibat buruk terhadap tubuh manusia. Misalnya meningkatkan risiko terkena tumor telinga dan kanker otak, berpengaruh buruk pada jaringan otak, merusak dan mengurangi jumlah sperma hingga 30 persen, mengakibatkan meningioma, neurinoma akustik, acoustic melanoma, dan kanker kelenjar ludah.
Begitu pula dengan halnya computer yang beregenerasi menadi laptop. Mata adalah organ tubuh yang paling mudah mengalami penyakit akibat kerja, karena terlalu sering memfokuskan bola mata ke layar monitor. Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang panas seperti warna merah, kuning, ungu, oranye akan lebih mempercepat kelelahan pada mata. Selain dari itu, pantulan cahaya (silau) pada layar monitor yang berasal dari sumber lain seperti jendela, lampu penerangan dan lain sebagainya, akan menambah beban mata.

2.          Efek ketergantungan
Teknologi yang kian berkembang juga dapat menimbulkan timabl balik yang bersifat begatif seperti sifat ketergantungan. Para pengkonsumsi obat antibiotik yang banyak beredar di masyarakat ternyata tidak semata-mata hanya mengurangi keluhan yang ada tetapi juga menimbulkan ketergantungan dengan intensitas yang berbeda-beda dari masing-masing jenis antibiotik. Tidak hanya sampai pada hal tersebut, akan tetapi timbul suatu kemungkian yang menyebabkan penyakit tersebut memiliki tingkat  kekebalan terhadap antibiotik tertentu.
Pengaruh negatif lain bagi anak, adalah kecendrungan munculnya ‘kecanduan’ anak pada komputer. Kecanduan bermain komputer ditengarai memicu anak menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas sosial.

3.          Kesalahan Persepsi Diyakini Oleh Masyarakat
Efek negatif yang juga dapat timbul karena kesalahan dari persepsi masyarakat dalam 
mengkaji suatu pengetahuan yang ia dapatkan. Salah satu contoh yang terjadi di kalangan masyarakat adalah maraknya keinginan para penikmat kolesterol berlebih. Mereka memiliki anggapan yang mengatakan bahwa untuk mngurangi berat badan maka salah satu hal yang harus dilakukan adalah mengurangi jumlah porsi serta kuantiatas makanan yang dikonsumsi. Dengan tidak mengkonsumsi nasi dibeberapa periode tertentu serta menggantikannya dengan makanan yang memiliki kadar karbohidrat yang lebih rendah. Ini merupakan suatu persepsi yang kurang benar di mata peneliti dan pakar nutrisi. Bahwa yang dimaksud sebagai solusi untuk mengurangi kadar kolesterol adalah disebutkan oleh pakat nutrisi untuk mengatur pola makan dengan memperhitungkan takaran nutrisi sesuai dengan kebutuhan energi oleh tubuh. Maka dari hal tersebut, persepsi masyarakat juga menentukan bagaimana penerapan teknologi yang sedemikian modern tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat

4.          Proses Publikasi Perangkat Kesehatan yang Tidak Tepat
Sebuah kalkulator online yang dikembangkan periset umur panjang di Sekolah Kedokteran Harvard dan Pusat Kedokteran Boston yang dialamatkanwww.livingto100. com, di publikasikan begitu saja kepada masyarakat. Hal ini akan membawa dampak buruk terhadap masyarakat yang meyakini bahwa hasil perhitungan kalkulator tersebut benar adanya. Maka secara psikologis akan mempengaruhi harapan untuk tetap hidup sejahtera. Berbahagia bagi mereka yang tercatat memiliki umur yang panjang, tidak bagi yang tercatat sebaliknya.

5.          Kerahasiaan Seseorang Tidak Terjamin
Majunya peradaban teknologi juga tidak menjamin bahwa penggunanya merasa aman atau terlindungi terhadap sesuatu yang berhubungan dengan privasi. Sekarang telah diciptakan pula perangkat lunak yang bisa mengukur risiko kanker payudara bagi wanita. Pasien bisa mengirim email untuk meminta rekaman medik ke dokter . Namun hal ini masih dinilai memiliki permaslahan yang kaitannya dengan privasi pasien dan keamanan data tersebut.

6.          Terganggunya Syaraf
Sara manusia merupakan organ vital yang perlu dilindungi. Namun teknologi juga menunjukkan indikasi bahwa dalam hal ini berbahaya bagi stabilitas syaraf. Slah satu contoh printer yang menggunakan sistim buble jet kebisingannya relatif lebihrendah bila dibandingkan dengan printer sistim dot matrix. Saat ini printer yang paling rendah kebisingannya adalah sistim laser printer. Kebisingan yang tinggi dapat mempengaruhi syaraf manusia dan hal ini dapat berakibat pada kelelahan maupun rasa nyeri. Adapun batas kebisingan yang diizinkan untuk bekerja selama kurang dari 8 jam per hari adalah 80 dB. Sedangkan ruang kerja yang ideal adalah dengan kebisingan sekitar 40 - 50 dB. Apabila di dalam ruang kerja terdapat mesin pendingin (AC), maka kebisingan akan bertambah selain dari suara printer.

7.          Repetitive Strain Injury (RSI)
RSI merupakan sebuah terminologi yang mengacu pada beberapa variasi keluhan kerangka otot (musculoskeletal). Ini menyangkut keluhan yang dikenal dengan sakit urat otot. RSI meliputi gangguan lengan atas berkaitan dengan kerja (Work-Related Upper Limb Disorders) dan luka penggunaan berlebihan yang berhubungan dengan kerja (Occupational Overuse Injuries). Keluhan ini terutama diderita oleh para pekerja dengan posisi duduk yang statis saat menggunakan komputer atau menggunakan gerakan tangan yang berulang (repetitive) setiap hari, beban kerja yang statis (seperti menggenggam mouse), membiarkan lengan membengkok, dan sejenisnya dalam waktu yang cukup lama. Ini akan bertambah buruk jika tempat kerja tidak didesain secara ergonomis, misalnya posisi keyboard dan layar monitor yang terlalu tinggi atau terlampau rendah, kursi tidak menopang badan untuk duduk tegak, dan sebagainya. Gejala awal RSI dapat muncul pada berbagai tempat dari pangkal lengan hingga ke ujung tangan. Gejala yang menjadi tanda peringatan menyangkut:
a.       Kesulitan membuka dan menutup tangan
b.      Otot tangan terasa kaku (misalnya hingga kesulitan mengancing baju)
c.       Kesulitan menggunakan tangan (untuk membalik halaman buku, memutar tombol atau bahkan memegang mug)
d.      Bangun dengan rasa sakit di pergelangan tangan atau mati rasa di tangan, terutama di awal pagi hari. Tangan terasa dingin, tangan gemetar (tremor) dan tangan terasa canggung, bergetar atau bahkan mati rasa.










BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Pemanfaatan IT dalam pendidikan kesehatan meliputi termometer, Elektrokardiogram (EKG)  dan Medical Check Up. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), mediaini dibagi menjadi 3, yakni media cetak, media elektronik  dan media papan (bill board). Salah satu contoh pemanfaatannya adalah Teknologi informasi berupa Sistem Computerized Axial Tomography (CAT) berguna untuk menggambar struktur bagian otak dan mengambil gambar seluruh organ tubuh yang tidak bergerak dengan menggunakan sinar-X. Keuntungan IT di bidang kesehatan yaitu ditemukannya mikroskop, sinar-X, antibiotik, obat-obat bius, transplantasi vaksinasi bidang kedokteran dan  pengobatan dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat telah maju dengan pesat. Kerugiannya efek radiasi yang berpotensi menghasilkan penyakit baru.