BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Education
merupakan perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (McLeod,
1989 dalam Syah, 2000). Rendahnya akses pendidikan, mahalnya
biaya pendidikan, dan pengorbanan yang harus dikeluarkan seperti harus
meninggalkan pekerjaan menyebabkan banyak tenaga kesehatan yang belum
mempunyai kesempatan untuk belajar secara
formal. Proses belajar
seyogyanya berlangsung sejak dari lahir sampai akhir hayat, atau lebih sering
dikenal dengan life long learner (Jones, 2004). Metode
distance learning merupakan salah
satu metode belajar secara mandiri dan terus menerus.
Distance Learning yang terkenal dengan sebutan Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ), merupakan sebuah model pembelajaran solutif dari kegiatan belajar
mengajar yang terkendala waktu, tempat, dan sumber daya manusia. Perlu
disepakati terlebih dahulu bahwa model pembelajaran jarak jauh bisa dibagi
dalam beberapa bagian. Bagian pertama adalah pembelajaran jarak jauh dalam
lingkup e-learning, yaitu sebuah media on-line yang memiliki sumber untuk
menunjang proses kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi informasi melalui
internet. Sistem ini dapat berisi materi buku, modul ajar, soal-soal latihan,
dan forum diskusi.
Bagian kedua adalah pembelajaran dalam bentuk pelatihan jarak jauh.
Selain ada buku atau modul ajar, latihan soal dan test on-line, sistem ini
biasanya tetap menerapkan adanya proses tatap muka dalam proses belajar
mengajarnya, sehingga kompetensi keterampilan dalam pelatihan ini diharapkan
memiliki kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dilakukan sebagai
bentuk penjagaan kualitas pelatihan karena diakhir pembelajaran model tersebut
akan diberikan sertifikat sebagai tanda kelulusannya
Berdasarkan masalah kesehatan yang ada dan adanya kesenjangan sumber daya tenaga kesehatan maka penulis
memaparkan salah satu alternatif cara peningkatan pengetahuan tenaga kesehatan
dengan memanfaatkan media teknologi. Berikut akan dipaparkan konsep
pembelajaran distance learning,
langkah-langkah mengakses, manfaat, kelemahan dan implikasi pemanfaatan proses
pembelajaran distance learning,
simulation, teleconference dalam pendidikan kesehatan untuk tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, masalah yang
dapat kami kaji dalam makalah ini yaitu:
- Bagaimana
sejarah pembelajaran jarak jauh (distance
learning, simulation, teleconference?
- Apakah yang
dimaksud dengan distance learning, simulation, teleconference?
- Siapa saja peran-peran utama dalam distance
learning?
- Bagaimana
proses pembelajaran distance learning, simulation, teleconference?
- Apa saja
manfaat distance learning, simulation, teleconference?
- Apa saja
kelemahan distance learning, simulation, teleconference?
- Apa
implikasi pemanfaatan proses pembelajaran distance learning, simulation, teleconference dalam pendidikan
kesehatan untuk tenaga kesehatan
khususnya tenaga perawat.
C.
Tujuan
Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang
hendak dicapai penulis yaitu:
- Untuk
mengetahui bagaimana sejarah pembelajaran jarak jauh (distance learning, simulation, teleconference.
- Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan distance learning, simulation,
teleconference.
- Untuk mengetahui iapa saja
peran-peran utama dalam distance learning
- Untuk
mengetahui bagaimana proses pembelajaran distance learning, simulation,
teleconference.
- Untuk
mengetahui apa saja manfaat distance learning, simulation, teleconference.
- Untuk
mengetahui apa saja kelemahan distance learning, simulation,
teleconference.
- Untuk
mengetahui apa implikasi pemanfaatan proses pembelajaran distance
learning, simulation, teleconference dalam pendidikan kesehatan
D.
Metode
Penulisan
Metode yang kami
gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu :
1. Metode
Kepustakaan
Adalah metode pengumpulan
data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku atau refrensi yang
berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas
2. Metode
Media Informatika
Adalah metode dengan mencari data
melalui situs-situs di internet
BAB II
DISTANCE
LEARNING, SIMULATION, TELECONFRENCE
A.
Sejarah
Pembelajaran Jarak Jauh (Distance
Learning, Simulation, Teleconfrence
“Distance learning” dikembangkan pertama
kali di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Inggris pada pertengahan tahun
1800. Pada tahun 1840, Sir Isac Pitman mengajar jarak jauh menggunakan surat.
Dan pada tahun 1980 an, International Correspondence Schools (ICS) membangun metode
perkuliahan “home-study courses” yang pada saat itu dikarenakan faktor
kemananan pada era itu. Pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori :
1.
Sistem
berbasis video mulai muncul tahun 1960-an dimana ketika itu merupakan era
meluasnya kepemilikan televisi. Dengan merekam materi belajar ke dalam kaset
video dan diputar pada stasiun-stasiun televisi, sistem ini memiliki jangkauan
geografis yang cukup besar. Salah satu kelemahan sistem ini adalah kurangnya
interaksi dan komunikasi dua arah antara pengajar dan peserta.
2.
Sistem
berbasis data dapat kita klasifikasikan dalam dua kategori : groupware dan
internet. Pada groupware, biasanya menggunakan perangkat lunak yang termasuk
dalam kategori computer-supported coorperative (cscw), dimana melalui perangkat
lunak ini, sudah tersedia layanan seperti electronic messaging, data
conferencing, dan messaging gateways.
B.
Pengertian
Distance Learning, Simulation, Teleconference.
Distance learning, simulation, teleconfrence mempunyai
beberapa definisi antara lain :
1. Dikemukakan
oleh Keegan, D.1995,”distance education & training result from the
technological separation of teacher & learner which frees the student from
the necessity of traveling to “a fixed place, at a fixed time, to meet a fixed
person, in order to be trained”.
2.
Distance Learning atau pembelajaran jarak jauh, adalah
bidang pendidikan yang berfokus pada pedagogi, teknologi, dan desain sistem
instruksional yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada para siswa yang
tidak secara fisik "di situs" di kelas tradisional atau kampus. Ini
telah digambarkan sebagai "suatu proses untuk membuat dan menyediakan
akses untuk belajar ketika sumber informasi dan peserta didik dipisahkan oleh
waktu dan jarak, atau keduanya".
3. Teleconference adalah pertemuan yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih yang dilakukan melewati telefon atau koneksi jaringan.
Pertemuan tersebut bisa menggunakan suara (audio conference) atau menggunakan
audio-video (video conference) yang memungkinkan peserta konferensi saling
melihat dan mendengar apa yang dibicarakan, sebagaimana pertemuan biasa. Sistem telekomunikasi dapat mendukung teleconference karena
menyediakan satu atau lebih dari berikut ini: audio, video, dan / atau layanan
data oleh satu atau lebih berarti, seperti telepon, komputer , telegraf,
teletip, radio, dan televisi.
4.
Simulation
adalah sumber pembelajaran yang berupaya memodelkan virtual reality dalam upaya
mengilustrasikan obyek pendidikan tertentu. Digunakan untuk mengembangkan case
study, dan mungkin juga melibatkan clip audio dan clip video dan role play,
grafik berbasis web.
C. Peran-peran Utama dalam Distance
Learning
1. Siswa
(student), peran
utama dari siswa disini adalah belajar. Dalam proses pembelajaran jarak jauh
ini tetap diperlukan keadaan yang baik, motivasi, perencanaan, dan kemampuan
untuk menganalisa materi perkuliahan, tugas, dan tes yang diberikan seorang
instruktur kepada siswa.
2. Kampus
(faculty),
kesuksesan dari sistem pembelajarasn jarak jauh ini sangat ditentukan oleh
kampus. Pada sistem kelas tradisional, tanggung jawab seorang isntruktur adalah
memberikan materi kursus dan memberikan keperluan yang dibutuhkan siswa. Hal
yang menarik adalah penyesuaian kemampuan mengajar secara jarak jauh. Seorang
instruktur harus mampu membuat sistem pemahaman yang mudah, mengadaptasikan
cara mengajar antara sistem kelas tradisional dengan teknologi dari sistem
pembelajaran jarak jauh.
3. Fasilitator sebagai jembatan antara siswa
dengan pengajar. Agar efektif maka fasilitator harus mampu menganalisa
kebutuhan-kebutuhan antara siswa dengan pengajar.
4. Staff
pendukung (support staff),
secara individual bagian ini tidak begitu menonjol, tetapi pada sistem
pembelajaran jarak jauh secara luas, fungsi dari support service sangat
menentukan dari kesuksesan distance learning, yang antara lain adalah dalam
sistem pendaftaran mahasiswa (regsitration), penggandaan dan penyebaran materi,
pengaturan jadwal (schedulling), pemrosesan laporan penilaian (grades),
pengaturan hal teknis, dan lain sebagainya.
5. Administrator, meskipun fungsi administrator
sangat berpengaruh pada perencanaan awal sistem distance learning, tapi
administrator juga berperan sebagai consensus builder, pengambil keputusan
(decision maker), refree. Administrator bekerja secara personal dan memastikan
resource dan teknologi yang ada dapat bekerja secara baik dan efektif, dan
selalu bertanggung jawab dalam memaintenance sistem.
D.
Proses
Pembelajaran Distance Learning, Simulation, Teleconference.
Proses pembelajaran distance learning
menggunakan media teknologi dan bertujuan meningkatkan proses pembelajaran. Proses
distance learning bisa secara synchronous, di mana pengajar dan
peserta didik dapat berinteraksi dalam waktu yang sama walaupun tidak dalam
satu tempat, seperti contohnya teleconference.
Sedangkan Asynchronous, peserta didik berinteraksi dapat pada waktu yang
tidak sama dan tempat yang tidak sama juga, contohnya media Compact-disk (CD), dan e-learning. Distance learning juga dapat memperluas jangkauan dan jumlah
peserta didik (Kozlowski, 2002).
Proses pembelajaran dengan distance learning berbasis teknologi
berlangsung sebagai berikut:
Learning Management
System (LMS) merupakan lingkungan pembelajaran yang
digunakan oleh pengajar dan peserta didik. Tempat pelaksanaannya pada Learning Support Center (LSS). Dengan
adanya LMS ini pengajar dapat memasukkan materi pembelajaran baik, tugas, forum
diskusi, dan evaluasi, sedangkan peserta didik dapat men-download materi, berdiskusi dengan pengajar dan teman. Dengan
sistem ini sharing informasi dan sharing pengetahuan tidak bersifat hanya
vertikal artinya tidak hanya dari pengajar tetapi juga dari peserta didik
E.
Manfaat
Distance Learning, Simulation, Teleconference.
Menurut Soekartawi (2005), ada beberapa manfaat dari pembelajaran
jarak jauh (distance learning),
diantaranya adalah:
1.
Pembelajaran
dapat dilakukan dengan sifat terbuka, fleksibel dan tidak terbatas oleh waktu. Lama waktu belajar juga
bergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar. Pembelajar dapat menentukan
kapan saja waktu untuk belajar, sesuai dengan ketersediaan waktu masing-masing.
Kalau si pembelajar telah mencapai tujuan pembelajaran, ia dapat
menghentikannya. Sebaliknya, apabila si pembelajar masih memerlukan waktu untuk
mengulangi kembali subjek pembelajarananya, dia bisa langsung mengulanginya
tanpa tergantung pada pembelajar lain atau pengajar. Mengingat, materi pembelajaran
disimpan dalam komputer, berarti materi itu mudah diperbarui sesuai dengan
perkembangan iptek. Kaum pembelajar dapat menanyakan hal-hal yang kurang
dipahami secara langsung kepada pengajar, sehingga keakuratan jawaban dapat
terjamin.
2.
Membantu
interaksi antara murid yang berada di daerah terpencil dan pengajar /
instrukturnya dengan diadakannya pertemuan berkala;
3.
Menjangkau
peserta didik dalam cakupan yang luas untuk meningkatkan pemerataan pendidikan.
Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua
penjuru Tanah Air dengan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas, karena
tidak memerlukan ruang kelas. Guru dan murid tidak perlu bertatap muka secara
langsung dalam ruang kelas, karena yang digunakan adalah fasilitas komputer
yang dihubungkan dengan internet atau intranet. Sehingga, dengan belajar
seperti ini akan mengurangi biaya operasional pendidikan, seperti biaya
pembangunan dan pemeliharaan gedung, transportasi, pemondokan, kertas, alat
tulis dan sebagainya.
4.
Mengurangi
angka putus sekolah atau putus kuliah.
5.
Meningkatkan
prestasi belajar, khususnya bagi murid yang mengalami hambatan secara geografis
karena jauh dari lokasi pembelajaran;
6.
Meningkatkan
rasa percaya diri bagi peserta didiknya;
7.
Meningkatkan
wawasan keilmuan yang tidak terbatas lagi oleh jarak, waktu, maupun usia. Pembelajar dapat memilih topik atau bahan ajar sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing. Hal ini sangat baik karena dapat
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Seperti diyakini kaum pendidik,
bahwa pembelajar akan sangat efektif manakala sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan peserta didik.
8.
Mengatasi
kekurangan tenaga pendidikan.
F.
Kelemahan
Distance Learning, Simulation, Teleconference
Disamping adanya banyak manfaat yang
diberikan oleh model belajar distance
learning, ada juga kelemahan yang dimilikinya seperti berikut ini:
1. Biaya
infrastruktur yang mahal menyebabkan imbas pada biaya pendaftaran calon peserta
didik yang juga menjadi mahal.
2.
Interaksi antara peserta didik dan
pengajar terbatas. Kesulitan
mendapat penjelasan pengajar/fasilitator yang sesegera mungkin apabila pelajar
mendapatkan kesulitan.Pelajar harus menunggu pengajar untuk membuka
internetnya.
3. Sulitnya
menerapkan pembelajaran jarak jauh berbasis TIK bagi daerah yang masih belum
terjangkau listrik, atau belum tersentuh teknologi komputer sama sekali.
4. Tingginya
kemungkinan gangguan belajar. Karena
sifat cara pendidikan jarak jauh ini merupakan belajar mandiri, sehingga kemungkinan
terjadi gangguan selama belajar sangat mungkin, hal ini bergantung pada
motivasi masing-masing pembelajar. Demikian pula dengan kemungkinan terhentinya
program pembelajaran.
5.
Pemahaman
pembelajar terhadap bahan ajar. Bisa saja terjadi kesalahan visi dan persepsi
terhadap tujuan yang ditentukan. Si pembelajar merasa bahwa dia telah mencapai
tujuan pembelajaran; sedangkan pengajar/fasilitator masih menganggap belum
tercapai sepenuhnya. Tetapi, kesalahan visi dan persepsi ini dapat
ditanggulangi, karena setiap akhir paket pembelajaran diadakan evaluasi dan
refleksi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dampak
negatif dari Proses Distance Learning (Pembelajaran Jarak Jauh) sebagai berikut
:
- Memberikan motovasi kepada pelajar agar memiliki rasa
ingin tahu dan semangat belajar dengan cara memberikan tugas-tugas secara
online,dengan bobot yang sesuai denga pelajar tersebut.
- Memberikan waktu kepada pelajar unuk bertanya apa yang
kurang iya pahami dibantu dengan membuka Internet atau media informasi
secara onine
- Dengan mengadakan Evaluasi dan Refleksi disetiap ahir
paket pembelajaran
G.
Implikasi
Pemanfaatan Proses Pembelajaran Distance
Learning, Simulation, Teleconference dalam Pendidikan Kesehatan
Peraturan Pemerintah
no. 32, 1996 dalam DinKes DKI th 2005, menyatakan bahwa tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan. Dalam kategorinya
tenaga kesehatan dibagi menjadi tenaga medis, perawat, paramedis, dan non
medis.
Proses peningkatan
pendidikan dan pengetahuan membutuhkan upaya yang sangat besar. Salah satu
faktor yang menjadi kendala dalam peningkatan pendidikan dan pengetahuan adalah
faktor tempat pendidikan. Tempat pendidikan umumnya terletak di kota besar,
sedangkan secara geografis Indonesia merupakan kepulauan sehingga perawat dari
daerah lain harus mengeluarkan biaya dan tenaga untuk menempuh pendidikan
di kota besar.
Distance
learning bagi keperawatan sendiri tidak harus bersifat
proses pembelajaran formal untuk mengambil gelar, namun distance learning bagi keperawatan harus diartikan lebih luas. Selain pada pendidikan formal, media online
learning juga dimanfaatkan untuk melaksanakan courses online, dan konsultasi on
line (Indrajit,E 2004). Trend
pelatihan dan kursus yang memanfaatkan media distance learning berbasis web
dapat digunakan dalam tenaga keperawatan, sehingga tenaga keperawatan yang
tersebar di berbagai tempat berkesempatan untuk memperoleh perkembangan ilmu
secara cepat tanpa harus membuang biaya menuju ke pusat pelatihan.
Pelayanan konsultasi berbasis web dapat dilaksanakan jika ada permasalahan
dari dunia pendidikan maupun masalah terkait pelayanan keperawatan. Melalui
media ini diharapkan jika muncul permasalahan di rumah sakit atau di puskesmas
tenaga keperawatan dapat berkonsultasi
dengan cepat kepada pakar keperawatan. Selain itu jika ada kasus baru yang
menarik dari suatu rumah sakit atau komunitas beberapa institusi pendidikan
juga dapat belajar dari kasus tersebut dalam waktu yang sama (Hariyati, 2004)
Peranan learning berbasis web juga dapat dimanfaatkan dalam
mendapatkan sumber-sumber penelitian yang bermutu. Seorang peneliti dapat
dengan mudah mencari studi literatur sebagai dasar dari penelitian yang akan
dilaksanakan melalui internet. Selain itu melalui media ini seorang peneliti
yang telah selesai melaksanakan penelitiannya dapat mempublikasikan hasil
penelitiannya kepada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
“Distance learning” dikembangkan pertama
kali di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Inggris pada pertengahan tahun
1800. Pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori yaitu sistem berbasis video
dan sistem berbasis data.
Distance learning merupakan suatu metode pembelajaran yang bersifat active learner, di mana setiap peserta
didik harus secara mandiri dan aktif meningkatkan pengetahuan. Distance learning yang berbasis
teknologi disarankan sebagai salah satu upaya peningkatan pengetahuan bagi
tenaga perawat, tidak hanya untuk pendidikan formal, tetapi juga sebagai pusat
pelatihan, pusat konsultasi, pusat riset, dan pusat sharing komunikasi antar perawat. Strategi manajemen pengelolaan
yang baik serta persiapan infrastruktur yang matang perlu disiapkan dalam
menyelenggarakan distance learning.
Selain itu kemandirian dan keaktifan peserta didik sangat diperlukan dalam
keberhasilan proses distance learning
(HH).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar