BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Rhinitis alergi
merupakan penyakit imunologi yang sering ditemukan. Berdasarkan studi
epidemiologi, prevalensi rhinitis alergi diperkirakan berkisar antara 10-20%
dan secara konstan meningkat dalam dekade terakhir (Rusmono, 1993). Definisi
menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its impact on Asthma) tahun
2001, rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,
keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, rasa gatal dan tersumbat setelah
mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
Usia rata-rata onset rhinitis alergi adalah 8-11 tahun, dan
80% rinitis alergi berkembang dengan usia 20 tahun. Biasanya rinitis alergi
timbul pada usia muda (remaja dan dewasa muda). Zainuddin (1999) di Palembang
mendapatkan dari 259 penderita rinitis alergi 122 laki-laki dan 137 perempuan.
Budiwan (2007) di Semarang pada penelitiannya dengan 80 penderita rinitis
alergi mendapatkan laki-laki 37,5% dan perempuan 62,5%. Keluarga atopi
mempunyai prevalensi lebih besar daripada nonatopi (Karjadi, 2001). Rinitis
alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang secara
genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan.
Genetik secara jelas memiliki peran penting. Peran lingkungan
rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan
merangsang respon imun yang secara genetik telah memiliki kecenderungan alergi
(Rusmono, 1993). Pemeriksaan
rutin yang dilakukan untuk mendiagnosis rinitis alergi meliputi anamnesis,
pemeriksaan THT dengan/tanpa naso-endososkopi, dan tes alergi. Rinitis alergi berdampak pada penurunan kualitas hidup
penderitanya, penurunan produktifitas kerja, prestasi di sekolah, aktifitas
sosial dan malah dapat menyebabkan gangguan psikologis seperti depresi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas adapun masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini yaitu:
- Apa pengertian dari rhinitis alergi?
- Bagaimana epidemiologi dari rhinitis alergi?
- Bagaimana etiologi dari rhinitis alergi?
- Apa saja faktor predisposisi dari rhinitis alergi?
- Bagaimana patofisiologi dari rhinitis alergi?
- Apa saja klasifikasi dari rhinitis alergi?
- Bagaimana gejala klinis dari rhinitis alergi ?
- Bagaimana pemeriksaan fisik dari rhinitis alergia?
- Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari rhinitis alergi?
- Bagaimana prognosis dari rhinitis alergi
- Apa saja terapi untuk rhinitis alergi?
- Bagaimana konsep asuhan keperawatan rhinitis alergi?
C. Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis
yaitu:
- Untuk mengetahui apa pengertian dari rhinitis alergi.
- Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi dari rhinitis alergi.
- Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari rhinitis alergi.
- Untuk mengetahui apa saja faktor predisposisi dari rhinitis alergi.
- Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari rhinitis alergi.
- Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari rhinitis alergi.
- Untuk mengetahui bagaimana gejala klinis dari rhinitis alergi.
- Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik dari rhinitis alergi.
- Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik dari rhinitis alergi.
- Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari rhinitis alergi.
- Untuk mengetahui apa saja terapi untuk rhinitis alergi.
- Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan rhinitis alergi.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga
makalah ini bisa membantu mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang gangguan
sistem imun rhinitis alergi dan menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang
bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien rhinitis alergi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
a.
Rhinitis
alergi adalah suatu kondisi klinis yang ditandai dengan peningkatan imunitas
humoral yang dimediasi oleh IgE (hipersensitivitas tipe I) dan terjadi sebagai
respons terhadap antigen lingkungan yang mengakibatkan inflamasi saluran nafas
atas.
b. Rinitis
alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien
atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986).
c. Menurut
WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001,
rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore,
rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantarai oleh IgE.
2. Epidemiologi
Rhinitis
alergi merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan
diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1) .
Penyakit ini mengenai sekitar 8% hingga 10% dari populasi penduduk Amerika
Serikat (20%-30% penduduk remaja). Kalau tidak diobati, dapat terjadi banyak
komplikasi seperti asma alergi, obstruksi nasal kronik, otitis kronik dengan
gangguan pendengaran, anosmia (ganggua kemampuan membau), dan pada anak-anak,
deformitas dental orofasial. Diagnosis dini dan terapi yang adekuat sangat
penting.
3. Etiologi
Rhinitis alergi
disebabkan oleh alergen yaitu zat yang dapat menimbulkan alergi. Zat tersebut
tidak menimbulkan reaksi apapun pada orang yang tidak alergi, namun pada orang
yang alergi, ceritanya bisa berbeda. Misalnya saja debu. Pada orang yang tidak
alergi debu, paparan terhadap debu tidak menimbulkan reaksi. Namun paparan debu
pada orang yang alergi debu dapat memicu reaksi antibodi. Antibodi ini
menyebabkan sel mengeluarkan zat kimia yang menyebabkan gejala seperti hidung
berair, gatal, hidung
tersumbat, bersin-bersin, bahkan sesak napas.
Orang yang sedang terkena rhinitis alergi menjadi
lebih sensitif terhadap zat iritan lainnya seperti asap rokok, udara dingin,
dan polusi. Rhinitis juga
dapat menjadi faktor pemberat pada asma, sinusitis, infeksi
telinga, dan menyebabkan gangguan tidur. Berbeda dengan rinitis alergi, rinitis non-alergi timbul tanpa reaksi alergi. Rinitis jenis ini dapat timbul akibat infeksi virus, infeksi bakteri,
dipicu oleh makanan dan alkohol, polutan udara, perubahan hormonal, dan dipicu
oleh beberapa jenis obat.
4. Faktor
Predisposisi
Faktor
penyebab timbulnya gejala ada dua macam yakni dari dalam tubuh yakni:
1. Pertumbuhan
hormonal seperti yang terjadi pada ibu hamil atau minum pil KB dan menderita
hipertiroid.
2.
Psikis yang disebabkan stres, emosi
meningkat, serta ada keturunan penderita alergi. Kemudian dari luar tubuh bisa
terjadi dari lingkungan seperti allergen hirupan dalam bentuk debu rumah,
tungau, jamur, binatang peliharaan seperti anjing, kucing, burung. Juga bisa
penyebabnya dari ketombe, tepung sari bunga (pollen) serta kapuk. Allergen juga
bisa terjadi terhadap makanan dan biasanya makanan yang terbuat dari susu,
telur, kacang, coklat, ikan laut, daging terigu, zat pengawet dan banyak lagi.
Selain itu, ada debu dari lingkungan kerja yang bersifat allergen. Hal itu
disebabkan oleh faktor penyebab pencetus yang biasa memicu timbulnya gejala
harus diamati dan dihindari seperti bau-bau yang merangsang. Salah satunya
parfum atau minyak goreng, asap rokok, pembakaran kayu dan sejenisnya. Namun
alergi juga bisa terjadi saat suhu terlalu dingin, panas dan udara lembab.
5. Patofisiologi
Alergen diingesti oleh makrofag, sel dendrite dan
limfosit B (sel pembawa antigen atau APC). Alergen kemudian diproses dan di
bawa ke permukaan sel tersebut untuk berinteraksi dengan limfosit T helper (sel
CD4). Pada pasien alergi, jumlah sel dendrite dan limfosit B di mukosa saluran
pernapasan meningkat, yang memungkinkan stimulasi imunitas humoral. pada
alergi, interleukin-4 (IL-4) secara istimewa dilepaskan oleh sel CD4 (fase TH2
pada produksi sitokin) menghasilkan proliferasi limfosit B. Sel B mengalami
“perubahan isotope” sedemikian rupa sehingga mereka berubah dari memproduksi
IgM menjadi memproduksi sejumlah besar IgE. IgE berikatan dengan sel mast via
reseptor Fc berafinitas tinggi dengan hasil degranulasi sel mast dan pelepasan
mediator vasoaktif (misalnya histamin), kemotaktik, dan inflamasi (misalnya
leukotrien). Interleukin lain (IL-8, IL-5) juga dilepaskan dan mengaktivasi
neutrofil (PMN) dan eosinofil (EOS). Tingginya tingkat aktivitas IL-5 mungkin
merupakan tahap penting dalam perpindahan dari sensitisasi alergi ke gejala
penyakit aktual. IL-4 dan IL-5 juga mendorong ekspresi adhesi molekul pada sel
endotel dan epitel mengakibatkan semakin banyak migrasi sel inflamasi, terutama
netrofil dan eosinofil. Respons alergi merupakan respons vascular dan selular
yang menyebabkan inflamasi. proses ini terjadi secara episodic sebagai respons
terhadap pajanan allergen, tetapi dapat mengakibatkan perubahan kronis dalam
mukosa pernapasann dengan gejala menetap.
Alergen
Berinteraksi Dengan
Limfosit T Helper (Sel CD4)
Sel Dendrite,
Limfosit B Meningkat,
Interleukin-4 (IL-4)
Dilepaskan Oleh Sel CD4
Proliferasi Limfosit
B.
Sel B Isotope
Produksi Igm àIge.
Ige, Sel Mast
Degranulasi Sel Mast
dan Pelepasan Histamin
Aktivasi PMN, EOS
|
|||
IL-4, IL-5 Mendorong Ekspresi Adhesi
Molekul
|
|||
6. Klasifikasi
Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
a.
Rinitis akut
(coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan
sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit
ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi
pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim
semi.
b.
Rinitis kronis
adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi
yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
Rinitis berdasarkan penyebabkannya dibedakan
menjadi :
a.
Rinitis alergi
Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak
di derita oleh perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan
inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel,
seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara. Meskipun bukan
penyakit berbahaya yang mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang
serius karena karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tak hanya
aktivitas sehari-hari yang menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk
mengobatinya pun akan semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi
karena telah menjadi kronis. Rinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan
untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi
bertahun-tahun atau musiman.
Berdasarkan waktunya,
Rinitis Alergi dapat di golongkan menjadi :
a.
Rinitis
alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya
disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari
tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara
atau asap.
b.
Rinitis
alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang
terjadi sepanjang masa (tahunan) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang
sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta
bau-bauan yang menyengat
7. Gejala Klinis
Gejala rinitis dapat dimulai pada waktu yang berbeda
sepanjang tahun, itu tergantung pada substansi apa alergi pasien. Jika
seseorang alergi terhadap serbuk sari yang umum, maka ketika jumlah serbuk sari
lebih tinggi gejalanya akan makin parah.
1. Gejala
umum rinitis diantaranya :
a. Bersin
b. Mata
berair
c. Tenggorokan
gatal
d. Hidung
gatal
e. Diblokir/
pilek
2. Gejala
rinitis yang parah mungkin termasuk :
a. Berkeringat
b. Sakit
kepala
c. Kehilangan
bau dan rasa
d. Muka
terasa sakit yang disebabkan oleh sinus diblokir/pilek
e. Gatal
menyebar dari tenggorokan, ke hidung dan telinga
3. Kadang-kadang
gejala rinitis dapat menyebabkan :
a. Kelelahan
(fatigue)
b. Sifat
lekas marah
c. Insomnia
Orang dengan
penyakit asma mungkin menemukan bahwa ketika gejala rinitis muncul maka mengi dn sesak nafas menjadi lebih parah.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk rinitis alergi berfokus pada
hidung, tetapi pemeriksaan wajah, mata, telinga, leher, paru-paru, dan kulit
juga penting.
a. Wajah
1) Allergic
shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungan dengan vasodilatasi atau
obstruksi hidung
2) Nasal
crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui setengah
bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas dengan tangan.
b. Hidung
1) Pada
pemeriksaan hidung digunakan nasal
speculum atau bagi spesialis dapat menggunakan rhinolaringoskopi
2) Pada
rinoskopi akan tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat, disertai adanya
sekret encer yang banyak.
3) Tentukan
karakteristik dan kuantitas mukus hidung. Pada rinitis alergi mukus encer dan
tipis. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan dengan sinusitis.
Namun, mukus yang kental, purulen dan
berwarna dapat timbul pada rinitis alergi.
4) Periksa
septum nasi untuk melihat adanya deviasi atau perforasi septum yang dapat
disebabkan oleh rinitis alergi kronis, penyakit granulomatus.
5) Periksa
rongga hidung untuk melihat adanya massa seperti polip dan tumor. Polip berupa
massa yang berwarna abu-abu dengan tangkai. Dengan dekongestant topikal polip
tidak akan menyusut. Sedangkan mukosa hidung akan menyusut.
c. Telinga,
mata dan orofaring
Dengan otoskopi perhatikan adanya retraksi membran
timpani, air-fluid level, atau bubbles. Kelainan mobilitas dari membran timpani
dapat dilihat dengan menggunakan otoskopi pneumatik. Kelaianan tersebut dapat
terjadi pada rinitis alergi yang disertai dengan disfungsi tuba eustachius dan
otitis media sekunder.
d. Pada
pemeriksaan mata
Akan ditemukan injeksi dan pembengkakkan konjungtiva
palpebral yang disertai dengan produksi air mata.
e. Leher
Perhatikan adanya limfadenopati
f.
Paru-paru
Perhatikan adanya tanda-tanda asma
g. Kulit.
Kemungkinaan
adanya dermatitis atopi.
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan
sitologi hidung : ditemukan eosinofil dalam jumlah yang banyak menunjukkan
kemungkinan alergi inhalan, basofil (cukup 5 sel/lap) mungkin alergi makanan,
sedangkan sel PMN menunjukkan infeksi bakteri.
b. Hitung
eosinofil darah tepi dapat normal atau meningkat, demikian halnya dengan Ig E
total sering kali menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan ini berguna untuk
prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga
dengan derajat alergi yang tinggi. Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu
Ig E spesifik dengan RAST (radio-immunosorbent test) atau ELISA (Enzym-linked
immunosorbent assay test).
c. Pemeriksaan
secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab. Ada beberapa
cara yitu : uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (skin
end-point titration-SET), uji cukit (prick test), uji gores (scratch test).
10. Prognosis
Banyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati. Pada beberapa
kasus (khususnya pada anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring
dengan sistem imun yang menjadi kurang sensitif pada alergen.
11. Therapy
Tujuan terapi adalah untuk
meringankan gejala. Terapi dapat mencakup salah satu atau seluruh intervensi
berikut ini : tindakan menghindari alergen, farmakoterapi atau imunoterapi.
Terapi yang paling ideal untuk rinitis alergi, seperti halnya alergi pada
umumnya, adalah dengan menghindari kontak dengan alergen penyebab. Biasanya
dokter akan memberikan obat-obat antihistamin atau dikombinasi dengan
dekongestan dan kortikosteroid. Setelah gejala menghilang hendaknya kita tetap
menghindari zat-zat yang sudah diketahui dapat memicu reaksi alergi pada tubuh
kita. Bila kita kembali terpapar oleh alergen tersebut maka gejala alergi akan
muncul kembali.
Simptomatik
: Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid
a. Antihistamin
Antihistamin yang sering digunakan adalah antihistamin
oral. Antihistamin oral dibagi menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif)
dikenal juga sebagai antihistamin sedatif serta generasi kedua (selektif)
dikenal juga sebagai antihistamin nonsedatif.Efek sedative antihistamin sangat
cocok digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur karena rhinitis
alergi yang dideritanya. Selain itu efek
samping yang biasa ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah efek
antikolinergik seperti mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi.
Penggunaan obat ini perlu diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan
tekanan intraokuler, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.Antihistamin
sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar allergen.
b. Dekongestan
Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik
agen yang beraksi pada reseptor adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi
vasokonstriksi. Topikal dekongestan biasanya digunakan melalui sediaan tetes
atau spray. Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan obat-obatan). Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan
topical dekongestan antara lain rasa terbakar, bersin, dan kering pada mukosa
hidung. Untuk itu penggunaan obat ini memerlukan konseling bagi pasien.Obat ini
harus hati-hati digunakan untuk pasien-pasien tertentu seperti penderita hipertensi.
c. Nasal Steroid
Merupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan
dapat digunakan untuk rhinitis seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek
samping yang sedikit.Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium
kromolin, dan ipatropium bromida.
Operatif :
Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami
hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior
menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
Imunoterapi :
Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan
hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang
gejalanya berat, berlangsung lama .
Tindakan
penanganan :
1)
Instruksikan pasien yang allergik untuk
menghindari allergen atau iritan spt (debu, asap tembakau, asap, bau, tepung,
sprei)
2)
Sejukkan membran mukosa dengan menggunakan
sprey nasal salin.
3)
Ajarkan tekhnik penggunaan obat-obatan
spt sprei dan serosol.
4)
Anjurkan menghembuskan hidung sebelum
pemberian obat apapun thd hidung
B.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian Keperawatan
a.
Kaji
identitas:
1)
Identitas
pasien meliputi nama, umur, agama, jenis
kelamin, status, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, nomor
register dan dx.medis.
2) Identitas penanggung jawab meliputi nama,
umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan dan alamat.
b. Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung
tersumbat, dan hidung gatal
c. Riwayat
peyakit dahulu
Pernahkan pasien
menderita penyakit THT sebelumnya.
d. Riwayat
keluarga
Apakah keluarga adanya
yang menderita penyakit yang di alami pasien
e. Pemeriksaan fisik :
1) Inspeksi : permukaan hidung terdapat
sekret mukoid
2) Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
f.
Pemeriksaan
penunjang :
1) Pemeriksaan nasoendoskopi.
2) Pemeriksaan sitologi hidung.
3) Hitung eosinofil pada darah tepi.
4) Uji kulit allergen penyebab.
2. Diagnosa
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya secret
yang mengental.
b. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan
penyumbatan pada hidung.
c. Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit yang
dialami.
3. Perencanaan Keperawatan
Hari/Tgl
|
No
Dx
|
Rencana
Perawatan
|
TTD
|
||
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan jalan nafas efektif setelah
secret dikeluarkan dengan KH :
· Pasien
dapat mengeluarkan secret tanpa kesulitan.
· Menunjukkan
jalan nafas yang paten (pasien tidak bernafas melalui mulut)
|
1.
Kaji fungsi pernapasan
2.
Berikan pasien posisi semi fowler.
3.
Ajarkan pasien latihan nafas sering, melakukan batuk.
4.
Berikan terapi nebulizer
|
1.
Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.
2.
Posisi dapat membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernapasan.
3.
Napas dapat memudahkan ekspansi maksimun paru-paru.
Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami.
4.
Pengobatan dibuat untuk mengirimkan
oksigen/kelembapan dengan kuat pada alveoli dan untuk memobilisasi sekret
|
|
|
|
2
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien pasien dapat
istirahat dan tidur dengan nyaman dengan KH :
·
Jumlah jam tidur dalam batas
normal 6-8 jam/hari.
·
Perasaan segar sesudah istirahat
dan tidur.
|
1.
Tentukan kebiasaan tidur biasanya
dan perubahan yang terjadi.
2.
Berikan tidur yang nyaman dan
beberapa milik pribadi, seperti bantal, guling.
3.
Ajarkan pasien untuk membatasi
masukan makanan/minuman mengandung kafein
4. Berikan
analgesic, sedative saat tidur sesuai indikasi
|
1.
Untuk mengkaji perlunya dan
mengidentifikasi intervensi yang tepat.
2.
Meningkatkan kenyamana tidur
serta dukungan fisiologis/psikologis.
3.
Kafein dapat memperlambat pasien
untuk tidur dan mengakibatkan pasien tidak merasa segar saat bangun.
4.
Nyeri mempengaruhi pasien untuk
tetap tidur. Obat yang tepat waktu dapat meningkatkan istirahat/tidur selama
periode awal.
|
|
|
3
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pasien menyatakan oemahaman tentang penyakitnya dengan KH:
·
Pasien mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan.
·
Pasien mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat.
|
1. Tentukan persepsi klien tentang
alergi dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain
yang menderita alergi.
2. Berikan
pasien tindakan mandi dengan air hangat.
3. Berikan informasi yang akurat dan
faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak
diperlukan.
4. Diskusikan
dan berikan daftar tertulis tanda/gejala tentang penyakit pasien kepada
dokter
|
1. Memungkinkan dilakukan pembenaran
terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian
2. Meningkatkan insisi bersih, meningkatkan
sirkulasi/penyembuhan.
3. Membantu klien dalam memahami
proses penyakit.
4. Tindakan pencegahan terutama
berhubungan dengan penyakit pasien.
|
|
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan
intervensi keperawatan. Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan
yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan
mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan
sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi dari masalah polisitemia yaitu:
a.
Masalah teratasi
b.
Masalah sebagaian teratasi
c.
Masalah tidak teratasi
d.
Muncul masalah baru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rhinitis
alergi adalah suatu kondisi klinis yang ditandai dengan peningkatan imunitas
humoral yang dimediasi oleh IgE (hipersensitivitas tipe I) dan terjadi sebagai
respons terhadap antigen lingkungan yang mengakibatkan inflamasi saluran nafas
atas. Rhinitis
alergi merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan
diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1) .
Penyakit ini mengenai sekitar 8% hingga 10% dari populasi penduduk Amerika
Serikat (20%-30% penduduk remaja). Rhinitis alergi disebabkan
oleh alergen yaitu zat yang dapat menimbulkan alergi.
Faktor penyebab timbulnya gejala ada dua macam yakni
dari dalam tubuh yakni pertumbuhan hormonal seperti yang terjadi pada ibu hamil
atau minum pil KB dan menderita hipertiroid dan psikis yang disebabkan stres,
emosi meningkat, serta ada keturunan penderita alergi. Menurut sifatnya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu
rhinitis akut dan rhinitis kronis. Berdasarkan waktunya rhinitis dapat
digolongkan menjadi rhinitis alergi musiman, rhinitis alergi
yang terjadi terus menerus (perennial). Gejala umum rinitis diantaranya bersin, mata
berair, tenggorokan gatal, hidung gatal dan pilek. Asuhan keperawatan pada
pasien rhinitis alergi meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
B. Saran
Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang gangguan sistem
imun rhinitis alergi selain untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai
seorang perawat, juga untuk berbagi kepada masyarakat tentang informasi tentang
gangguan sistem imun rhinitis alergi. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
I want to share with you all on how Dr Itua saves my life with his powerful Herbal medicines, I was diagnosed of Oral/Ovarian Cancer which i suffered from for 5 years with no positive treatment until when My son came to me in the hospital when i was laying down on my dying bed waiting for god to call out my name to join him in heaven.
BalasHapusMy son was so excited that very day he came across Dr Itua on Blogspot, we decided to give him a try although we Americans are so scared to trust Africans but i really have no choice that time to choose life in between so we gave a try to Dr Itua Herbal medicines, god willing he was a good man with a god gift. Dr Itua sent us the herbal medicine. It was three bottles. I take it for a three weeks instructor and these herbal medicines heal me, cure my Oral/Ovarian Cancer completely. I have been living for 9 months now with a healthy life with no more symptoms.
I'm sponsoring Dr Itua in LA Advert on Cancer patent seminar which my son will be participating too and other patent Dr Itua has cured from all kind of human disease, also if you are sick from disease like,Epilepsy,Breast Cancer,Prostate Cancer,Throat cancer,Thyroid Cancer,Uterine cancer,Fibroid,Angiopathy, Ataxia,Arthritis,Brain cancer,Hiv,. Vaginal cancer,Herpes,Colon-Rectal Cancer,Chronic Disease.Amyotrophic Lateral Sclerosis,Brain Tumor,Fibromyalgia,Fluoroquinolone Toxicity,Multiple myeloma,Tach Diseases,Leukemia,Liver cancer,
Esophageal cancer,Gallbladder cancer,,Bladder cancer,Gestational trophoblastic disease,Head and neck cancer,Hodgkin lymphoma
Intestinal cancer,Kidney cancer,Hpv,Lung cancer,Adrenal cancer.Bile duct cancer,Bone cancer,Melanoma,Mesothelioma,Neuroendocrine tumors
Non-Hodgkin lymphoma,Cervical Cancer,Oral cancer,Hepatitis,Skin cancer,Soft tissue sarcoma,Spinal cancer,Pancreatic Cancer, Stomach cancer
Testicular cancer,
Syndrome Fibrodysplasia Ossificans ProgresS sclerosis,Alzheimer's disease,Chronic Diarrhea,Copd,Parkinson,Als,Adrenocortical carcinoma Infectious mononucleosis,Vulvar cancer,Ovarian cancer,,Sinus cancer, Here Is The Wonderful Healer Contact. Name_ Doctor Itua, Email Contact: drituaherbalcenter@gmail.com, Phone/WhatsApp: +2348149277967