Senin, 21 Maret 2016

RHINITIS ALERGI

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
 Rhinitis alergi merupakan penyakit imunologi yang sering ditemukan. Berdasarkan studi epidemiologi, prevalensi rhinitis alergi diperkirakan berkisar antara 10-20% dan secara konstan meningkat dalam dekade terakhir (Rusmono, 1993). Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its impact on Asthma) tahun 2001, rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
Usia rata-rata onset rhinitis alergi adalah 8-11 tahun, dan 80% rinitis alergi berkembang dengan usia 20 tahun. Biasanya rinitis alergi timbul pada usia muda (remaja dan dewasa muda). Zainuddin (1999) di Palembang mendapatkan dari 259 penderita rinitis alergi 122 laki-laki dan 137 perempuan. Budiwan (2007) di Semarang pada penelitiannya dengan 80 penderita rinitis alergi mendapatkan laki-laki 37,5% dan perempuan 62,5%. Keluarga atopi mempunyai prevalensi lebih besar daripada nonatopi (Karjadi, 2001). Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan.
Genetik secara jelas memiliki peran penting. Peran lingkungan rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan merangsang respon imun yang secara genetik telah memiliki kecenderungan alergi (Rusmono, 1993).  Pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk mendiagnosis rinitis alergi meliputi anamnesis, pemeriksaan THT dengan/tanpa naso-endososkopi, dan tes alergi. Rinitis alergi berdampak pada penurunan kualitas hidup penderitanya, penurunan produktifitas kerja, prestasi di sekolah, aktifitas sosial dan malah dapat menyebabkan gangguan psikologis seperti depresi.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini yaitu:
  1. Apa pengertian dari rhinitis alergi?
  2. Bagaimana epidemiologi dari rhinitis alergi?
  3. Bagaimana etiologi dari rhinitis alergi?
  4. Apa saja faktor predisposisi dari rhinitis alergi?
  5. Bagaimana patofisiologi dari rhinitis alergi?
  6. Apa saja klasifikasi dari rhinitis alergi?
  7. Bagaimana gejala klinis dari rhinitis alergi ?
  8. Bagaimana pemeriksaan fisik dari rhinitis alergia?
  9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari rhinitis alergi?
  10. Bagaimana prognosis dari rhinitis alergi
  11. Apa saja terapi untuk rhinitis alergi?
  12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan rhinitis alergi?

C.     Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
  1. Untuk mengetahui apa pengertian dari rhinitis alergi.
  2. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi dari rhinitis alergi.
  3. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari rhinitis alergi.
  4. Untuk mengetahui apa saja faktor predisposisi dari rhinitis alergi.
  5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari rhinitis alergi.
  6. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari rhinitis alergi.
  7. Untuk mengetahui bagaimana gejala klinis dari rhinitis alergi.
  8. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik dari rhinitis alergi.
  9. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik dari rhinitis alergi.
  10. Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari rhinitis alergi.
  11. Untuk mengetahui apa saja terapi untuk rhinitis alergi.
  12. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan rhinitis alergi.

D.    Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang gangguan sistem imun rhinitis alergi dan menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien rhinitis alergi.























BAB II
PEMBAHASAN

A.       KONSEP DASAR PENYAKIT
1.      Definisi
a.       Rhinitis alergi adalah suatu kondisi klinis yang ditandai dengan peningkatan imunitas humoral yang dimediasi oleh IgE (hipersensitivitas tipe I) dan terjadi sebagai respons terhadap antigen lingkungan yang mengakibatkan inflamasi saluran nafas atas.
b.      Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986).
c.       Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.

2.      Epidemiologi
Rhinitis alergi merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1) . Penyakit ini mengenai sekitar 8% hingga 10% dari populasi penduduk Amerika Serikat (20%-30% penduduk remaja). Kalau tidak diobati, dapat terjadi banyak komplikasi seperti asma alergi, obstruksi nasal kronik, otitis kronik dengan gangguan pendengaran, anosmia (ganggua kemampuan membau), dan pada anak-anak, deformitas dental orofasial. Diagnosis dini dan terapi yang adekuat sangat penting.


3.      Etiologi
Rhinitis alergi disebabkan oleh alergen yaitu zat yang dapat menimbulkan alergi. Zat tersebut tidak menimbulkan reaksi apapun pada orang yang tidak alergi, namun pada orang yang alergi, ceritanya bisa berbeda. Misalnya saja debu. Pada orang yang tidak alergi debu, paparan terhadap debu tidak menimbulkan reaksi. Namun paparan debu pada orang yang alergi debu dapat memicu reaksi antibodi. Antibodi ini menyebabkan sel mengeluarkan zat kimia yang menyebabkan gejala seperti hidung berair, gatal, hidung tersumbat, bersin-bersin, bahkan sesak napas.
Orang yang sedang terkena rhinitis alergi menjadi lebih sensitif terhadap zat iritan lainnya seperti asap rokok, udara dingin, dan polusi. Rhinitis juga dapat menjadi faktor pemberat pada asma, sinusitis, infeksi telinga, dan menyebabkan gangguan tidur. Berbeda dengan rinitis alergi, rinitis non-alergi timbul tanpa reaksi alergi. Rinitis jenis ini dapat timbul akibat infeksi virus, infeksi bakteri, dipicu oleh makanan dan alkohol, polutan udara, perubahan hormonal, dan dipicu oleh beberapa jenis obat.

4.      Faktor Predisposisi
Faktor penyebab timbulnya gejala ada dua macam yakni dari dalam tubuh yakni:
1.      Pertumbuhan hormonal seperti yang terjadi pada ibu hamil atau minum pil KB dan menderita hipertiroid.
2.      Psikis yang disebabkan stres, emosi meningkat, serta ada keturunan penderita alergi. Kemudian dari luar tubuh bisa terjadi dari lingkungan seperti allergen hirupan dalam bentuk debu rumah, tungau, jamur, binatang peliharaan seperti anjing, kucing, burung. Juga bisa penyebabnya dari ketombe, tepung sari bunga (pollen) serta kapuk. Allergen juga bisa terjadi terhadap makanan dan biasanya makanan yang terbuat dari susu, telur, kacang, coklat, ikan laut, daging terigu, zat pengawet dan banyak lagi. Selain itu, ada debu dari lingkungan kerja yang bersifat allergen. Hal itu disebabkan oleh faktor penyebab pencetus yang biasa memicu timbulnya gejala harus diamati dan dihindari seperti bau-bau yang merangsang. Salah satunya parfum atau minyak goreng, asap rokok, pembakaran kayu dan sejenisnya. Namun alergi juga bisa terjadi saat suhu terlalu dingin, panas dan udara lembab.

5.      Patofisiologi
Alergen diingesti oleh makrofag, sel dendrite dan limfosit B (sel pembawa antigen atau APC). Alergen kemudian diproses dan di bawa ke permukaan sel tersebut untuk berinteraksi dengan limfosit T helper (sel CD4). Pada pasien alergi, jumlah sel dendrite dan limfosit B di mukosa saluran pernapasan meningkat, yang memungkinkan stimulasi imunitas humoral. pada alergi, interleukin-4 (IL-4) secara istimewa dilepaskan oleh sel CD4 (fase TH2 pada produksi sitokin) menghasilkan proliferasi limfosit B. Sel B mengalami “perubahan isotope” sedemikian rupa sehingga mereka berubah dari memproduksi IgM menjadi memproduksi sejumlah besar IgE. IgE berikatan dengan sel mast via reseptor Fc berafinitas tinggi dengan hasil degranulasi sel mast dan pelepasan mediator vasoaktif (misalnya histamin), kemotaktik, dan inflamasi (misalnya leukotrien). Interleukin lain (IL-8, IL-5) juga dilepaskan dan mengaktivasi neutrofil (PMN) dan eosinofil (EOS). Tingginya tingkat aktivitas IL-5 mungkin merupakan tahap penting dalam perpindahan dari sensitisasi alergi ke gejala penyakit aktual. IL-4 dan IL-5 juga mendorong ekspresi adhesi molekul pada sel endotel dan epitel mengakibatkan semakin banyak migrasi sel inflamasi, terutama netrofil dan eosinofil. Respons alergi merupakan respons vascular dan selular yang menyebabkan inflamasi. proses ini terjadi secara episodic sebagai respons terhadap pajanan allergen, tetapi dapat mengakibatkan perubahan kronis dalam mukosa pernapasann dengan gejala menetap.

Alergen
 


Berinteraksi Dengan Limfosit T Helper (Sel CD4)
 


Sel Dendrite, Limfosit B Meningkat,
 


Interleukin-4 (IL-4) Dilepaskan Oleh Sel CD4
 


Proliferasi Limfosit B.
 


Sel B Isotope
 


Produksi Igm àIge.
 


Ige, Sel Mast
 


Degranulasi Sel Mast dan Pelepasan Histamin
 


Aktivasi PMN, EOS
Histamine merupakan mediator utama reaksi alergi
 
 


IL-4, IL-5 Mendorong Ekspresi Adhesi Molekul
Mukosa Hidung
 
 

















6.      Klasifikasi
Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
a.       Rinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
b.      Rinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor. 

Rinitis berdasarkan penyebabkannya dibedakan menjadi :
a.       Rinitis alergi
      Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis. Rinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman.

Berdasarkan waktunya, Rinitis Alergi dapat di golongkan menjadi :
a.       Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
      Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
b.      Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
      Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat
7.      Gejala Klinis
Gejala rinitis dapat dimulai pada waktu yang berbeda sepanjang tahun, itu tergantung pada substansi apa alergi pasien. Jika seseorang alergi terhadap serbuk sari yang umum, maka ketika jumlah serbuk sari lebih tinggi gejalanya akan makin parah.
1.      Gejala umum rinitis diantaranya :
a.       Bersin
b.      Mata berair
c.       Tenggorokan gatal
d.      Hidung gatal
e.       Diblokir/ pilek
2.      Gejala rinitis yang parah mungkin termasuk :
a.       Berkeringat
b.      Sakit kepala
c.       Kehilangan bau dan rasa
d.      Muka terasa sakit yang disebabkan oleh sinus diblokir/pilek
e.       Gatal menyebar dari tenggorokan, ke hidung dan telinga
3.      Kadang-kadang gejala rinitis dapat menyebabkan :
a.       Kelelahan (fatigue)
b.      Sifat lekas marah
c.       Insomnia
  Orang dengan penyakit asma mungkin menemukan bahwa ketika gejala rinitis muncul maka   mengi dn sesak nafas menjadi lebih parah.

8.      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk rinitis alergi berfokus pada hidung, tetapi pemeriksaan wajah, mata, telinga, leher, paru-paru, dan kulit juga penting.
a.       Wajah
1)      Allergic shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungan dengan vasodilatasi atau obstruksi hidung
2)      Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui setengah bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas dengan tangan.
b.      Hidung
1)      Pada pemeriksaan hidung digunakan  nasal speculum atau bagi spesialis dapat menggunakan rhinolaringoskopi
2)      Pada rinoskopi akan tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat, disertai adanya sekret encer yang banyak.
3)      Tentukan karakteristik dan kuantitas mukus hidung. Pada rinitis alergi mukus encer dan tipis. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan dengan sinusitis. Namun,  mukus yang kental, purulen dan berwarna dapat timbul pada rinitis alergi.
4)      Periksa septum nasi untuk melihat adanya deviasi atau perforasi septum yang dapat disebabkan oleh rinitis alergi kronis, penyakit granulomatus.
5)      Periksa rongga hidung untuk melihat adanya massa seperti polip dan tumor. Polip berupa massa yang berwarna abu-abu dengan tangkai. Dengan dekongestant topikal polip tidak akan menyusut. Sedangkan mukosa hidung akan menyusut.
c.       Telinga, mata dan orofaring
Dengan otoskopi perhatikan adanya retraksi membran timpani, air-fluid level, atau bubbles. Kelainan mobilitas dari membran timpani dapat dilihat dengan menggunakan otoskopi pneumatik. Kelaianan tersebut dapat terjadi pada rinitis alergi yang disertai dengan disfungsi tuba eustachius dan otitis media sekunder.
d.      Pada pemeriksaan mata
Akan ditemukan injeksi dan pembengkakkan konjungtiva palpebral yang disertai dengan produksi air mata.
e.       Leher
Perhatikan adanya limfadenopati
f.        Paru-paru
Perhatikan adanya tanda-tanda asma
g.       Kulit.
Kemungkinaan  adanya dermatitis atopi.

9.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan sitologi hidung : ditemukan eosinofil dalam jumlah yang banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan, basofil (cukup 5 sel/lap) mungkin alergi makanan, sedangkan sel PMN menunjukkan infeksi bakteri.
b.      Hitung eosinofil darah tepi dapat normal atau meningkat, demikian halnya dengan Ig E total sering kali menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu Ig E spesifik dengan RAST (radio-immunosorbent test) atau ELISA (Enzym-linked immunosorbent assay test).
c.       Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab. Ada beberapa cara yitu : uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (skin end-point titration-SET), uji cukit (prick test), uji gores (scratch test).

10.  Prognosis
Banyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati. Pada beberapa kasus (khususnya pada anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang menjadi kurang sensitif pada alergen.
11.  Therapy
Tujuan terapi adalah untuk meringankan gejala. Terapi dapat mencakup salah satu atau seluruh intervensi berikut ini : tindakan menghindari alergen, farmakoterapi atau imunoterapi. Terapi yang paling ideal untuk rinitis alergi, seperti halnya alergi pada umumnya, adalah dengan menghindari kontak dengan alergen penyebab. Biasanya dokter akan memberikan obat-obat antihistamin atau dikombinasi dengan dekongestan dan kortikosteroid. Setelah gejala menghilang hendaknya kita tetap menghindari zat-zat yang sudah diketahui dapat memicu reaksi alergi pada tubuh kita. Bila kita kembali terpapar oleh alergen tersebut maka gejala alergi akan muncul kembali.

Simptomatik : Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid
a.       Antihistamin
Antihistamin yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral dibagi menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai antihistamin sedatif serta generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai antihistamin nonsedatif.Efek sedative antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur karena rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu efek samping yang biasa ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah efek antikolinergik seperti mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi. Penggunaan obat ini perlu diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan tekanan intraokuler, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.Antihistamin sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar allergen.
b.      Dekongestan
Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang beraksi pada reseptor adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi. Topikal dekongestan biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray. Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan obat-obatan). Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain rasa terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat ini memerlukan konseling bagi pasien.Obat ini harus hati-hati digunakan untuk pasien-pasien tertentu seperti penderita hipertensi.

c.       Nasal Steroid
Merupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk rhinitis seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek samping yang sedikit.Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium bromida.
Operatif : Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
Imunoterapi : Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama .
Tindakan penanganan :
1)      Instruksikan pasien yang allergik untuk menghindari allergen atau iritan spt (debu, asap tembakau, asap, bau, tepung, sprei)
2)       Sejukkan membran mukosa dengan menggunakan sprey nasal salin.
3)      Ajarkan tekhnik penggunaan obat-obatan spt sprei dan serosol.
4)      Anjurkan menghembuskan hidung sebelum pemberian obat apapun thd hidung





B.       ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian Keperawatan
a.       Kaji identitas:
1)      Identitas pasien meliputi  nama, umur, agama, jenis kelamin, status, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register dan dx.medis.
2)      Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan dan alamat.
b.      Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
c.       Riwayat peyakit dahulu
Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
d.      Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien
e.       Pemeriksaan fisik :
1)      Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid
2)      Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
f.        Pemeriksaan penunjang :
1)      Pemeriksaan nasoendoskopi.
2)      Pemeriksaan sitologi hidung.
3)      Hitung eosinofil pada darah tepi.
4)      Uji kulit allergen penyebab.
2.      Diagnosa
a.       Ketidakefektifan bersihan  jalan napas berhubungan dengan adanya secret yang mengental.
b.      Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung.
c.       Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit yang dialami.

3.      Perencanaan Keperawatan

Hari/Tgl
No Dx
Rencana Perawatan
TTD
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan dengan KH :
· Pasien dapat mengeluarkan secret tanpa kesulitan.
· Menunjukkan jalan nafas yang paten (pasien tidak bernafas melalui mulut)
1.      Kaji fungsi pernapasan



2.      Berikan pasien posisi semi fowler.





3.      Ajarkan pasien latihan nafas sering, melakukan batuk.





4.      Berikan terapi nebulizer
1.      Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.

2.      Posisi dapat membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan.

3.      Napas dapat memudahkan ekspansi maksimun paru-paru. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami.

4.      Pengobatan dibuat untuk mengirimkan oksigen/kelembapan dengan kuat pada alveoli dan untuk memobilisasi sekret


2
Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien pasien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman dengan KH :
·        Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari.
·        Perasaan segar sesudah istirahat dan tidur.

1.      Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.


2.      Berikan tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, seperti bantal, guling.

3.      Ajarkan pasien untuk membatasi masukan makanan/minuman mengandung kafein


4.      Berikan analgesic, sedative saat tidur sesuai indikasi
1.      Untuk mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.

2.      Meningkatkan kenyamana tidur serta dukungan fisiologis/psikologis.

3.      Kafein dapat memperlambat pasien untuk tidur dan mengakibatkan pasien tidak merasa segar saat bangun.

4.      Nyeri mempengaruhi pasien untuk tetap tidur. Obat yang tepat waktu dapat meningkatkan istirahat/tidur selama periode awal.


3
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien menyatakan oemahaman tentang penyakitnya dengan KH:
·        Pasien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan.
·        Pasien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat.
1.      Tentukan persepsi klien tentang alergi dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita alergi.


2.      Berikan pasien tindakan mandi dengan air hangat.



3.      Berikan informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.

4.      Diskusikan dan berikan daftar tertulis tanda/gejala tentang penyakit pasien kepada dokter
1.      Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian

2.      Meningkatkan insisi bersih, meningkatkan sirkulasi/penyembuhan.

3.      Membantu klien dalam memahami proses penyakit.





4.      Tindakan pencegahan terutama berhubungan dengan penyakit pasien.


4.      Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan. Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

5.      Evaluasi
Evaluasi dari masalah polisitemia yaitu:
a.       Masalah teratasi
b.      Masalah sebagaian teratasi
c.       Masalah tidak teratasi
d.      Muncul masalah baru.











BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Rhinitis alergi adalah suatu kondisi klinis yang ditandai dengan peningkatan imunitas humoral yang dimediasi oleh IgE (hipersensitivitas tipe I) dan terjadi sebagai respons terhadap antigen lingkungan yang mengakibatkan inflamasi saluran nafas atas. Rhinitis alergi merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1) . Penyakit ini mengenai sekitar 8% hingga 10% dari populasi penduduk Amerika Serikat (20%-30% penduduk remaja). Rhinitis alergi disebabkan oleh alergen yaitu zat yang dapat menimbulkan alergi.
Faktor penyebab timbulnya gejala ada dua macam yakni dari dalam tubuh yakni pertumbuhan hormonal seperti yang terjadi pada ibu hamil atau minum pil KB dan menderita hipertiroid dan psikis yang disebabkan stres, emosi meningkat, serta ada keturunan penderita alergi. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu rhinitis akut dan rhinitis kronis. Berdasarkan waktunya rhinitis dapat digolongkan menjadi rhinitis alergi musiman, rhinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial). Gejala umum rinitis diantaranya bersin, mata berair, tenggorokan gatal, hidung gatal dan pilek. Asuhan keperawatan pada pasien rhinitis alergi meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

B.     Saran

Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang gangguan sistem imun rhinitis alergi selain untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat, juga untuk berbagi kepada masyarakat tentang informasi tentang gangguan sistem imun rhinitis alergi. Makalah ini masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. 

1 komentar:

  1. I want to share with you all on how Dr Itua saves my life with his powerful Herbal medicines, I was diagnosed of Oral/Ovarian Cancer which i suffered from for 5 years with no positive treatment until when My son came to me in the hospital when i was laying down on my dying bed waiting for god to call out my name to join him in heaven.
    My son was so excited that very day he came across Dr Itua on Blogspot, we decided to give him a try although we Americans are so scared to trust Africans but i really have no choice that time to choose life in between so we gave a try to Dr Itua Herbal medicines, god willing he was a good man with a god gift. Dr Itua sent us the herbal medicine. It was three bottles. I take it for a three weeks instructor and these herbal medicines heal me, cure my Oral/Ovarian Cancer completely. I have been living for 9 months now with a healthy life with no more symptoms.
    I'm sponsoring Dr Itua in LA Advert on Cancer patent seminar which my son will be participating too and other patent Dr Itua has cured from all kind of human disease, also if you are sick from disease like,Epilepsy,Breast Cancer,Prostate Cancer,Throat cancer,Thyroid Cancer,Uterine cancer,Fibroid,Angiopathy, Ataxia,Arthritis,Brain cancer,Hiv,. Vaginal cancer,Herpes,Colon-Rectal Cancer,Chronic Disease.Amyotrophic Lateral Sclerosis,Brain Tumor,Fibromyalgia,Fluoroquinolone Toxicity,Multiple myeloma,Tach Diseases,Leukemia,Liver cancer,
    Esophageal cancer,Gallbladder cancer,,Bladder cancer,Gestational trophoblastic disease,Head and neck cancer,Hodgkin lymphoma
    Intestinal cancer,Kidney cancer,Hpv,Lung cancer,Adrenal cancer.Bile duct cancer,Bone cancer,Melanoma,Mesothelioma,Neuroendocrine tumors
    Non-Hodgkin lymphoma,Cervical Cancer,Oral cancer,Hepatitis,Skin cancer,Soft tissue sarcoma,Spinal cancer,Pancreatic Cancer, Stomach cancer
    Testicular cancer,
    Syndrome Fibrodysplasia Ossificans ProgresS sclerosis,Alzheimer's disease,Chronic Diarrhea,Copd,Parkinson,Als,Adrenocortical carcinoma Infectious mononucleosis,Vulvar cancer,Ovarian cancer,,Sinus cancer, Here Is The Wonderful Healer Contact. Name_ Doctor Itua, Email Contact: drituaherbalcenter@gmail.com, Phone/WhatsApp: +2348149277967

    BalasHapus